Senin, 21 Maret 2011

Prinsip Pemberantasan Penyakit " Air Borner Disease"

Campak

A. Definisi

Campak merupakan penyakit virus yang dapat mendatangkan komplikasi
serius. Pada masa lalu, infeksi campak sangat umum di kalangan anak-anak.
Kini campak jarang terjadi di NSW karena imunisasi.

B. Gejala

• Gejala pertama adalah demam, lelah, batuk, hidung beringus, mata merah
dan sakit, dan terasa kurang sehat. Beberapa hari kemudian timbul ruam.
Ruam tersebut mulai pada muka, merebak ke tubuh dan berlanjut selama
4-7 hari.
• Sampai sepertiga penderita campak mengalami komplikasi, yang termasuk
infeksi telinga, diare dan pneumonia, dan mungkin memerlukan rawat
inap. Kira-kira satu dari setiap 1000 penderita campak terkena ensefalitis
(pembengkakan otak).

C. Mekanisme Penularan

• Campak biasanya ditularkan sewaktu seseorang menyedot virus campak
yang telah dibatukkan atau dibersinkan ke dalam udara oleh orang yang
dapat menularkan penyakit. Campak merupakan salah satu infeksi
manusia yang paling mudah ditularkan. Berada di dalam kamar yang sama
saja dengan seorang penderita campak dapat mengakibatkan infeksi.
• Penderita campak biasanya dapat menularkan penyakit dari saat sebelum
gejala timbul sampai empat hari setelah ruam timbul. Waktu dari eksposur
sampai jatuh sakit biasanya adalah 10 hari. Ruam biasanya timbul kira-
kira 14 hari setelah eksposur.

D. Pencegahan

• Perlindungan terbaik terhadap campak adalah imunisasi dengan dua dosis
vaksin MMR. Vaksin ini memberikan perlindungan terhadap infeksi campak,
di samping gondong dan rubela.
• Vaksin MMR harus diberikan kepada anak-anak pada usia 12 bulan dan
dosis kedua harus diberikan pada usia 4 tahun.
• Siapapun yang lahir pada atau sebelum tahun 1966 atau belum menderita
infeksi campak atau menerima vaksinasi MMR harus memastikan bahwa
telah menerima dua dosis vaksin MMR dengan selang waktu sekurang-
kurangnya empat minggu.
• Adalah aman untuk menerima vaksin lebih dari dua kali, maka orang yang
kurang pasti harus divaksinasi.
• Penderita campak harus tetap tinggal di rumah sampai tidak lagi dapat
menularkan penyakit (yaitu sampai 4 hari setelah ruam timbul).
• Bagi orang yang tidak mempunyai kekebalan dan telah mempunyai kontak
dengan seorang penderita campak, adakalanya infeksi masih dapat
dicegah dengan vaksin MMR jika diberikan dalam waktu 3 hari setelah
eksposur atau dengan imunoglobulin dalam waktu 7 hari setelah eksposur.

E. Epidemologi

Penyelidikan epidemiologi penyakit campak yaitu pencarian penderita/tersangka campak lainnya dengan cara melakukan investigasi terhadap orang-orang yang rentan yang terpajan.

F Etiologi

Penyebab penyakit campak adalah virus campak atau morbili. Pada awalnya penyakit campak agak sulit untuk dideteksi. Namun, secara garis besar penyakit campak bisa dibagi menjadi 3 fase.
Fase pertama disebut masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari. Pada fase ini, anak sudah mulai terkena infeksi tapi pada dirinya belum tampak gejala apa pun. Bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas campak belum keluar.
Pada fase kedua (fase prodormal) barulah timbul gejala yang mirip penyakit flu, seperti batuk, pilek, dan demam. Mata tampak kemerah-merahan dan berair. Bila melihat sesuatu, mata akan silau (photo phobia). Di sebelah dalam mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Terkadang anak juga mengalami diare. Satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38- 40,50c.
Fase ketiga ditandai dengan keluarnya bercak merah seiring dengan demam tinggi yang terjadi. Namun, bercak tak langsung muncul di seluruh tubuh, melainkan bertahap dan merambat. Bermula dari belakang kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki. Warnanya pun khas; merah dengan ukuran yang tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil.
Bercak-bercak merah ini dalam bahasa kedokterannya disebut makulopapuler. Biasanya bercak memenuhi seluruh tubuh dalam waktu sekitar satu minggu. Namun, ini pun tergantung pada daya tahan tubuh masing-masing anak. Bila daya tahan tubuhnya baik maka bercak merahnya tak terlalu menyebar dan tak terlalu penuh. Umumnya jika bercak merahnya sudah keluar, demam akan turun dengan sendirinya. Bercak merah pun makin lama menjadi kehitaman dan bersisik (hiperpigmentasi), lalu rontok atau sembuh dengan sendirinya. Periode ini merupakan masa penyembuhan yang butuh waktu sampai 2 minggu.

REFERENSI
http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/malaria.htm
Chin, James, MD, MPH. 2006. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Jakarta: Infomedika


Amugrah dian W
E2A009108/Reg-1
FKM UNDIP

Minggu, 20 Maret 2011

Pemberantasan Penyakit " Food and Water Borner Disease"

DIARE

A. Definisi

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair.

B. Patofisiologi

1. Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intensinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan.
2. Cairan, sodium, potasium dan bikarbonat berpinah dari rongga ektraseluler ke dalam tinjaa, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit, dan dapat terjadi asidosis metabolik.
Diare yang terjadi merupakan proses dari ;
- Transport aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.
- Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini terjadi pada sindrom malabsorbsi.
- Meningkatnya motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal.

C. Epidemologi

Diare akut merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan pasien pada ruang praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data menunjukkan diare akut karena infeksi terdapat peringkat pertama s/d ke empat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah sakit.
Di negara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-2 episode/orang/tahun sedangkan di negara berkembang lebih dari itu. Di USA dengan penduduk sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta episode diare akut pada dewasa terjadi setiap tahunnya.WHO memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus diare akut setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun.Bila angka itu diterapkan di Indonesia, setiap tahun sekitar 100 juta episode diare pada orang dewasa per tahun.Dari laporan surveilan terpadu tahun 1989 jumlah kasus diare didapatkan 13,3 % di Puskesmas, di rumah sakit didapat 0,45% pada penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat jalan. Penyebab utama disentri di Indonesia adalah Shigella, Salmonela, Campylobacter jejuni, Escherichia coli, dan Entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh Shigella dysentery, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella dan Enteroinvasive E.coli ( EIEC).
Beberapa faktor epidemiologis penting dipandang untuk mendekati pasien diare akut yang disebabkan oleh infeksi. Makanan atau minuman terkontaminasi, berpergian, penggunaan antibiotik, HIV positif atau AIDS, merupakan petunjuk penting dalam mengidentifikasi pasien beresiko tinggi untuk diare infeksi

.D. Etiologi

Faktor Infeksi :
- Bakteri; enteropathogenic escherichia coli, salmonella, shigella, yersinia enterocolitica
- Virus; enterovirus – echoviruses, adenovirus, human retrovirua – seperti agent, rotavirus.
- Jamur; candida enteritis
- Parasit; giardia Clambia, crytosporidium
- Protozoa
Bukan Fakror Infeksi :
- Alergi makanan; susu, protein
- Gangguan metabolik atau malabsorbsi; penyakit celiac, cystic fibrosis pada pankreas
- Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
- Obat-obatan; antibiotik,
- Penyakit usus; colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis
- Emosional atau stress
- Obstruksi usus
Penyakit infeksi; otitis media, infeksi saluran nafas atas, infeksi saluran kemih

E.Mekanisme Penularan

Mekanisme penularan utama oleh patogen diare adalah tinja-mulut, dengan makanan dan air yang merupakan penghantar untuk kebanyakan kejadian. Faktor-faktor yang menambah kerentanan terhadap infeksi dengan enteropatogen adalah umur muda, defisiensi imun, campak, malnutrisi, perjalanan ke daereh endemic, kurang mendapatkan ASI, keterpajanan terhadap keadaan sanitasi jelek, makan makanan atau air yang terkontaminasi, dan tingkat pendidikan ibu

F. Penanggulangan

Rehidrasi : Mengganti cairan yang hilang, dapat melalui mulut (minum) maupun melalui infuse (pada kasus dehidrasi berat). Bila anak menderita diare dan belum menderita dehidrasi, segera berikan minum sebanyak 10 ml per kg berat badan setiap kali mencret agar cairan tubuh yang hilang bersama tinja dapat diganti untuk mencegah terjadinya dehidrasi, sehingga mencegah terjadinya kematian. Sebaiknya diberikan cairan Oralit yang telah banyak tersedia di apotik-apotik. Bila tidak dapat bisa juga digunakan larutan yang dapat dibuat dirumah seperti Garam-gula dan larutan garam-tajin. Bila telah terjadi dehidrasi , minumkanlah oralit 50-100 ml ( tergantung berat ringannya dehidrasi) per kg berat badan dalam 3 jam dan bila masih mencret, oralit terus diberikan seperti diatas, yaitu 10 ml per kg berat badan setiap mencret.
Pemberian makanan yang adekwat : Jangan memaksakan anak, pemberian makanan seperti yang diberikan sebelum sakit harus terus dilanjutkan termasuk pemberian ASI. Pada diare yang ringan tidak perlu dilakukan pengantian susu formula.
Pemberian obat seminimal mungkin : sebagian besar diare pada anak akan sembuh tanpa pemberian antibiotic dan anti diare. Tetapi kadangkalanya memerlukan antibiotik dan anti diare.

G. Control

Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral, penularannya dapat dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik. Ini termasuk sering mencuci tangan setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan. Kotoran manusia harus diasingkan dari daerah pemukiman, dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran manusia.
Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama, ini harus diberikan perhatian khusus. Minum air, air yang digunakan untuk membersihkan makanan, atau air yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan tentang keamanan air atau air yang tidak dimurnikan yang diambil dari danau atau air, harus direbus dahulu beberapa menit sebelum dikonsumsi. Ketika berenang di danau atau sungai, harus diperingatkan untuk tidak menelan air.
Semua buah dan sayuran harus dibersihkan menyeluruh dengan air yang bersih (air rebusan, saringan, atau olahan) sebelum dikonsumsi. Limbah manusia atau hewan yang tidak diolah tidak dapat digunakan sebagai pupuk pada buah-buahan dan sayuran. Semua daging dan makanan laut harus dimasak. Hanya produk susu yang dipasteurisasi dan jus yang boleh dikonsumsi. Wabah EHEC terakhir berhubungan dengan meminum jus apel yang tidak dipasteurisasi yang dibuat dari apel terkontaminasi, setelah jatuh dan terkena kotoran ternak.
Vaksinasi cukup menjanjikan dalam mencegah diare infeksius, tetapi efektivitas dan ketersediaan vaksin sangat terbatas. Pada saat ini, vaksin yang tersedia adalah untuk V. colera, dan demam tipoid. Vaksin kolera parenteral kini tidak begitu efektif dan tidak direkomendasikan untuk digunakan. Vaksin oral kolera terbaru lebih efektif, dan durasi imunitasnya lebih panjang. Vaksin tipoid parenteral yang lama hanya 70 % efektif dan sering memberikan efek samping. Vaksin parenteral terbaru juga melindungi 70 %, tetapi hanya memerlukan 1 dosis dan memberikan efek samping yang lebih sedikit. Vaksin tipoid oral telah tersedia, hanya diperlukan 1 kapsul setiap dua hari selama 4 kali dan memberikan efikasi yang mirip dengan dua vaksin lainnya.

Daftar Pustaka

Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan
Pediatik, Jakarta, EGC
Ciesla WP, Guerrant RL. Infectious Diarrhea. In: Wilson WR, Drew WL, Henry NK, et al editors. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease. New York: Lange Medical Books, 2003. 225 - 68.
Guerrant RL, Gilder TV, Steiner TS, et al. Practice Guidelines for the Management of Infectious Diarrhea. Clinical Infectious Diseases 2001;32:331-51.
Lung E, Acute Diarrheal Disease. In: Friedman SL, McQuaid KR, Grendell JH, editors. Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology. 2nd edition. New York: Lange Medical Books, 2003. 131 - 50.
Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Mentri Kesehatan Republik Indonesia. Available from : http://www.depkes.go.id/downloads/SK1216-01.pdf
Manatsathit S, Dupont HL, Farthing MJG, et al. Guideline for the Management of acute diarrhea in adults. Journal of Gastroenterology and Hepatology 2002;17: S54-S71.
Jones ACC, Farthing MJG. Management of infectious diarrhoea. Gut 2004; 53:296-305.
Tjaniadi P, Lesmana M, Subekti D, et al. Antimicrobial Resistance of Bacterial Pathogens Associated with Diarrheal Patiens in Indonesia. Am J Trop Med Hyg 2003; 68(6): 666-10.
Hendarwanto. Diare akut Karena Infeksi, Dalam: Waspadji S, Rachman AM, Lesmana LA, dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I.
e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara
14
Edisi ketiga. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI ;1996. 451-57.
Soewondo ES. Penatalaksanaan diare akut akibat infeksi (Infectious Diarrhoea). Dalam : Suharto, Hadi U, Nasronudin, editor. Seri Penyakit Tropik Infeksi Perkembangan Terkini Dalam Pengelolaan Beberapa penyakit Tropik Infeksi. Surabaya : Airlangga University Press, 2002. 34 – 40.
Rani HAA. Masalah Dalam Penatalaksanaan Diare Akut pada Orang Dewasa. Dalam: Setiati S, Alwi I, Kasjmir YI, dkk, Editor. Current Diagnosis and Treatment in Internal Medicine 2002. Jakarta: Pusat Informasi Penerbitan Bagian Penyakit Dalam FK UI, 2002. 49-56.
Tatalaksana Penderita Diare. Available from : http://www.depkes.go.id/downloads/diare.pdf.
Thielman NM, Guerrant RL. Acute Infectious Diarrhea. N Engl J Med 2004;350:1: 38-47.
Kolopaking MS. Penatalaksanaan Muntah dan Diare akut. Dalam: Alwi I, Bawazier LA, Kolopaking MS, Syam AF, Gustaviani, editor. Prosiding Simposium Penatalaksanaan Kedaruratan di Bidang Ilmu penyakit Dalam II. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2002. 52-70.
Nelwan RHH. Penatalaksanaan Diare Dewasa di Milenium Baru. Dalam: Setiati S, Alwi I, Kasjmir YI, dkk, Editor. Current Diagnosis and Treatment in Internal Medicine 2001. Jakarta: Pusat Informasi Penerbitan Bagian Penyakit Dalam FK UI, 2001. 49-56.
Procop GW, Cockerill F. Vibrio & Campylobacter. In: Wilson WR, Drew WL, Henry NK, et al, Editors. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease, New York: Lange Medical Books, 2003. 603 - 13.
Procop GW, Cockerill F. Enteritis Caused by Escherichia coli & Shigella & Salmonella Species. In: Wilson WR, Drew WL, Henry NK,et al, Editors. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease, New York: Lange Medical Books, 2003. 584 - 66.


Anugrah Dian W
E2A009108/Reg-1
FKM UNDIP

Selasa, 01 Februari 2011

Osteoartritis

Osteoartritis juga dikenal dengan nama osteoartrosis, yaitu melemahnya tulang rawan pada engsel yang dapat terjadi di engsel manapun di sekujur tubuh. Tapi umumnya, penyakit ini terjadi pada siku tangan, lutut, pinggang dan pinggul.Seiring waktu kondisi penderita Osteoartritis akan semakin memburuk, sayangnya hingga kini masih belum ada pengobatan yang mampu menghentikan penurunan fungsi tulang ini.Pengobatan yang ada hanya untuk mengurangi nyeri yang terjadi dan menjaga aktivitas penderita saja.

Gejalanya biasanya terjadi perlahan-lahan dan lama-kelamaan akan memburuk, seperti:

- Nyeri pada engsel dan sambungan tulang selama atau sesudah digerakkan atau setelah lama tidak bergerak/tidak aktif.
- Ngilu pada engsel saat mengangkat beban ringan.
- Kaku pada engsel saat bangun tidur atau setelah lama tidak bergerak.
- Kehilangan fleksibilitas yang membuat sulit menggerakkan engsel.
- Pada beberapa kasus terjadi pembengkakan.

PENYEBAB
Osteoartritis terjadi akibat tulang rawan yang menyambungkan ujung tulang dengan tulang yang lain, menurun fungsinya. Permukaan halus tulang rawan ini menjadi kasar dan menyebabkan iritasi, jika tulang rawan menjadi kasar seluruhnya, maka tulang pangkal kedua tulang yang bertemu menjadi rusak dan gerakanannya menyebabkan nyeri dan ngilu.Penelitian curiga, osteoartritis disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor, seperti berat badan, proses penuaan, cedera engsel atau stres, kelelahan otot dan gen.

FAKTOR RISIKO
1. Usia.
Osteoartritis biasanya terjadi pada manusia usia lanjut, jarang dijumpai penderita osteoartritis yang berusia di bawah 40 tahun.
2. Jenis Kelamin.
Wanita memiliki kecenderungan menderita osteoartritis lebih besar dari pria, dan belum diketahui mengapa.
3. Cacat tulang.
Pada beberapa kasus, orang yang terlahir dengan kelainan engsel tulang akan lebih besar kemungkinannya mengalami osteoartritis.
4. Cidera engsel.
Cidera yang terjadi karena aktivitas, seperti olah raga atau kegiatan lain juga meningkatkan risiko terkena osteoartritis.
5. Obesitas.
Membawa beban lebih berat dari berat tubuh, akan membuat engsel sambungan tulang bekerja lebih berat dan ditengarai memberi andil terjadinya osteoartritis.
6. Penyakit lain.
Encok dan rematik juga dianggap memberi kontribusi pada timbulnya osteoartritis.

Jika Anda merasa terjadi pembengkakan engsel tubuh atau kekakuan yang berlanjut hingga lebih dari dua minggu, disarankan untuk segera memeriksakan diri. Jika Anda telah mengkonsumsi obat untuk osteoartritis, konsultasikan ke dokter untuk mengetahui efek samping yang dialami. Misalnya mual, ketidaknyamanan pada perut atau konstipasi.

PEMERIKSAAN
Dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut jika diagnosa menunjukkan Anda terkena osteoartritis. Pemeriksaan dapat berupa:
- Sinar-X.
Gambar sinar X pada engsel akan menunjukkan perubahan yang terjadi pada tulang seperti pecahnya tulang rawan.
- Tes darah.
Tes darah akan membantu memberi informasi untuk memeriksa rematik.
- Analisa cairan engsel.
Dokter akan mengambil contoh sampel cairan pada engsel untuk kemudian diketahui apakah nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh encok atau infeksi.
- Pengamatan dengan kamera (artroskopi).
Artroskopi adalah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalan engsel tulang. Dokter akan mengamati ketidaknormalan yang terjadi.

KOMPLIKASI
Penurunan fungsi tulang ini akan berlanjut terus, beberapa penderita bahkan mengalami penurunan fungsi yang cukup signifikan, bahkan penderita akan berujung pada kehilangan kemampuan berdiri atau berjalan.Jika engsel sudah parah, dokter menyarankan penggantian engsel dengan pembedahan. Pada beberapa penderita yang tidak bisa melakukan pembedahan, akan dilakukan terapi nyeri/ngilu dan cara menggunakan alat tambahan untuk mempermudah gerakan sehari-hari.

PENGOBATAN
Tak ada obat untuk menyembuhkan osteoartritis, yang ada hanyalah terapi untuk mengurangi nyeri dan ngilu serta menjaga pergerakan dan aktivitas sehari-hari. Pengangkatan dan penggantian engsel merupakan pilihan terakhir dan akan dilakukan jika semua cara terapi telah ditempuh.
Pengobatan awal pada osteoartritis ringan dapat berupa:
a. Istirahat.
Jika terjadi nyeri/ngilu pada engsel dianjurkan untuk beristirahat sekurangnya 12 jam. Bergeraklah secara biasa, tapi hindari menggerakkan engsel yang sama secara berulang-ulang. Istirahatlah sekitar 10 menit setelah satu jam bergerak.
b. Olahraga.
Dengan ijin dokter, Anda dapat melakukan olah raga biasa seperti bersepeda, jalan bahkan berenang. Olah raga ini akan meningkatkan daya tahan otot sekitar engsel. Jika mulai terasa nyeri/ngilu berhenti atau istirahat.
c. Kompres.
Kompres dengan air hangat atau dingin mampu mengurangi nyeri/ngilu yang terjadi. Gunakan kompres hangat sekurangnya 20 menit sehari. Sedang kompres dingin gunakan es batu.
d. Terapi.
Terapi khusus mungkin diperlukan, agar tulang Anda dapat terpantau secara khusus sehingga peningkatan kemampuan gerak maju lebih cepat.
e. Kurangi stres engsel.
Terapis akan membantu Anda menemukan cara untuk menghindari stres pada engsel.
f. Obat penghilang nyeri.
Krim dan gel yang dijual dipasaran dapat menghilangkan nyeri sementara.
g. Sepatu penyangga.
Pertimbangkanlah untuk menggunakan sepatu penyangga, yang mampu mengurangi nyeri dan menambah mobilitas Anda.

OSTEOARTRITIS AKUT


- Obat penghilang nyeri.
Obat semacam codein dan propoksifen dapat mengurangi nyeri pada osteoartritis akut. Konsultasi ke dokter akan efek samping yang mungkin akan timbul.
- Injeksi cortisone.
Dokter akan menyuntikkan cortocosteroid pada engsel yang mempu mengurangi nyeri/ngilu.
- Suplementasi-visco.
Tindakan ini berupa injeksi turunan asam hyluronik yang akan mengurangi nyeri pada pangkal tulang. Tindakan ini hanya dilakukan pada osteoartritis pada lutut.

OPERASI
1. Penggantian engsel (artroplasti).
Engsel yang rusak akan diangkat dan diganti dengan alat yang terbuat dari plastik atau metal yang disebut prostesis.
2. Pembersihan sambungan (debridemen).
Dokter bedah tulang akan mengangkat serpihan tulang rawan yang rusak dan mengganggu pergerakan yang menyebabkan nyeri saat tulang bergerak.
3. Penataan tulang.
Opsi ini diambil untuk osteoatritis pada anak dan remaja. Penataan dilakukan agar sambungan/engsel tidak menerima beban saat bergerak.

PENCEGAHAN
Untuk mencegah osteoartritis, lakukan hal-hal berikut:
- Konsumsi makanan sehat seperti buah-buahan, sayur dan kacang-kacangan.
- Minum obat yang direkomendasikan dokter.
- Pertimbangkan untuk menggunakan alat bantu saat beraktivitas untuk mengurangi bahaya.
- Jaga gerakan yang dapat menyebabkan cidera tulang.
- Jika mengangkat benda, usahakan beban terbagi merata pada seluruh sambungan tulang.
- Pilih sepatu yang tepat.
- Ketahui batas kemampuan gerakan dan kemampuan mengangkat beban.
- Teknik relaksasi juga dapat membantu, seperti mengambil napas dalam dan hipnosis.

Minggu, 12 Desember 2010

KEJADIAN LUAR BIASA (WABAH)

PENGERTIAN

Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan mala petaka (UU No 4. Tahun 1984).
Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut outbreak, yaitu serangan penyakit) lingkup yang lebih luas (epidemi) atau bahkan lingkup global (pandemi).
Kejadian atau peristiwa dalam masyarakat atau wilayah dari suatu kasus penyakit tertentu yang secara nyata melebihi dari jumlah yang diperkirakan.
Kejadian Luar Biasa (KLB) salah satu kategori status wabah dalam peraturan yang berlaku di Indonesia. tatus Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004.
Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

Kriteria KLB
Kriteria tentang KLB mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/9. Suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.

Faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya KLB
Faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya KLB/Wabah adalah Herd Immunity. Secara umum dapat dikatakan bahwa herd immunity ialah kekebalan yang dimiliki oleh sebagian penduduk yang dapat menghalangi penyebaran. Hal ini dapat disamakan dengan tingkat kekebalan individu yaitu makin tinggi tingkat kekebalan seseorang, makin sulit terkena penyakit tersebut. Demikian pula dengan herd immunity, makin banyak proporsi penduduk yang kebal berarti makin tinggi tingkat herd immunity-nya hingga penyebaran penyakit menjadi semakin sulit.
Kemampuan mengadakan perlingangan atau tingginya herd immunity untuk menghindari terjadi epidemi bervariasi untuk tiap penyakit tergantung pada:

1. Proporsi penduduk yang kebal,
2. Kemampuan penyebaran penyakit oleh kasus atau karier, dan
3. Kebiasaan hidup penduduk.

Pengetahuan tentang herd immunity bermanfaat untuk mengetahui bahwa menhindarkan terjadniya epidemi tidak perlu semua penduduk yang rentan tidak dapat dipastikan, tetapi tergantung dari jenis penyakitnya, misalnya variola dibutuhkan 90%-95% penduduk kebal.
Setelah terjadi wabah, jumlah penduduk yang kebal bertambah hingga herd immunity meningkat hingga penyebaran penyakit berhenti. Setelah beberapa waktu jumlah penduduk yang kebal menurun demikian pula dengan herd immunity-nya dan wabah penyakit tersebut datang kembali, demikianlah seterusnya.

Herd immunity (Kekebalan Kelompok)
Herd immunity adalah tingkat kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu terhadap serangan atau penyebaran unsur penyebab penyakit menular tertentu berdasarkan tingkat kekebalan sejumlah tertentu anggota kelompok tersebut.
Herd Immunity merupakan faktor utama dalam proses kejadian wabah di
masyarakat serta kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penduduk tertentu.
Wabah terjadi karena 2 keadaan :
1. Keadaan kekebalan populasi yakni suatu wabah besar dapat terjadi jika agent
penyakit infeksi masuk ke dalam suatu populasi yang tidak pernah terpapar oleh agen tersebut atau kemasukan suatu agen penyakit menular yang sudah lama absen dalam populasi tersebut.
2. Bila suatu populasi tertutup seperti asrama, barak dimana keadaan sangat tertutup
dan mudah terjadi kontak langsung, masuknya sejumlah orang-orang yang peka
terhadap penyakit tertentu dalam populasi tsb. Ex: Asrama mahasiswa/tentara

OUTBREAK

Suatu episode dimana terjadi dua atau lebih penderita suatu penyakit yang sama dimana penderita tersebut mempunyai hubungan satu sama lain.

EPIDEMI
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat frekuensinya meningkat.

PANDEMI
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit), frekuensinya dalam waktu singkat meningkat tinggi dan penyebarannya telah mencakup wilayah yang luas

ENDEMI
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit), frekuensinya pada wilayah tertentu menetap dalam waktu lama berkenaan dengan adanya penyakit yang secara normal biasa timbul dalam suatu wilayah tertentu.

LANGKAH YANG HARUS DILAKUKAN KETIKA TERJADI KLB
1. Mengidentifikasi Wabah
Wabah merupakan peningkatan kejadian kasus penyakit yang lebih banyak daripada keadaan normal di suatu area tertentu atau pada suatu kelompok tertentu, selama suatu periode waktu tertentu. Suatu informasi dari terjadinya wabah dapat diperoleh dari laporan yang diberikan oleh masyarakat sekitarmaupun tenaga kesehatan yang ada. tetapi tidak semua kejadian disebut sebagai wabah karena diengaruhi beberapa hal seperti musim yang berubah, kesalahan pelaporan dan lainnya. apabila suatu kejadian sudah ditetapkan sebagai wabah maka pihak yang berwewenang (Dinkes) harus melakukan investigasi wabah. Investigasi dapat dilakukan setelah melihat potensi penyebaran dan tingkat keparahan penyakit.

2. Investigasi Wabah
Investigasi yang dilakukan meliputi dua hal, yaitu investigasi kasus da investigasi penyebab. Pada investigasi kasus pihak terkait harus melakukan pengecekan apakah pelaporan diagnosa penyakit yang ada itu valid. Berdasarkan tingkat ketidakpastian diagnosis, kasus dapat diklasifikasikan menjadi:kasus suspek (suspected case, syndromic case); kasus mungkin (probable case, presumptive case); dan kasus pasti (confirmed case, definite case).
Pada investigasi penyebab terjadinya wabah dapat dilakukan dengan wawancara dan epidemiologi deskriptif. Pada wawancara intinya, tujuan wawancara dengan kasus dan narasumber terkait kasus adalah untuk menemukan penyebab terjadinya wabah. hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan formulir baku, peneliti mengunjungi pasien (kasus), dokter, laboratorium, melakukan wawancara dan dokumentasi untuk memperoleh informasi berikut: (1) Identitas diri (nama, alamat, nomer telepon jika ada); (2) Demografis (umur, seks, ras, pekerjaan); (3) Kemungkinan sumber, paparan, dan kausa; (4) Faktor-faktor risiko; (5) Gejala klinis (verifikasi berdasarkan definisi kasus, catat tanggal onset gejala untuk membuat kurva epidemi, catat komplikasi dan kematian akibat penyakit); (6) Pelapor (berguna untuk mencari informasi tambahan dan laporan balik hasil investigasi). Pemeriksaan klinis ulang perlu dilakukan terhadap kasus yang meragukan atau tidak didiagnosis dengan benar (misalnya, karena kesalahan pemeriksaan laboratorium).

3. Penanganan Wabah
Apabila dari investigasi telah didapatkan fakta-fakta pendukung, maka harus segeraa dilakukan pengendalian, karena semakin cepat tindakan yang dilakukan untuk menindaklanjuti suatu wabah maka akan segera terselesaikan, begitupun sebaliknya. Hal yang dapat dilakukan adalah (a)mengeliminasi sumber yaitu dengan mengurangi kontak lansung dengan sumber, mengurangi jumlah sumber,menerapkah perilaku yang sehat; (b) memblokade proses transmisi yang dapat dilakukan dengan menggunakan alat pelindung diri; (c)mengeliminasi kerentanan pejamu.

4. Pelaporan Wabah
Peneliti wabah memberikan laporan tertulis dengan format yang lazim, terdiri dari:introduksi,latar belakang,metode,hasil-hasil,pembahasan,kesimpulan, dan rekomendasi. Laporan tersebut mencakup pencegahan dan pengendalian, catatan kinerja sistem kesehatan,dokumen berisi rujukan. Setelah pelaporan perlu dilakukan evaluasi untuk mengidentifikasi berbagai kelemahan program maupun defisiensi infrastruktur dalam sistem kesehatan. Evaluasi tersebut memungkinkan dilakukannya perubahan-perubahan yang lebih mendasar untuk memperkuat upaya program, sistem kesehatan, termasuk surveilans itu sendiri.

ANUGRAH DIAN WARDHANI
E2A009108
REG-1
MAHASISWA FKM UNDIP

Kamis, 11 November 2010

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI

MALARIA

A. DEFINISI

Penyakit malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit ( plasmodium ) yang ditularkan oleh nyamuk malaria ( Anopheles ). Secara epidemiologi penyakit malaria dapat menyerang orang baik laki-laki maupun perempuan, pada semua golongan umur, dari bayi sampai orang dewasa.
Plasmodium adalah parasit yang hidup dalam sel darah merah. Parasit merupakan organisme (mahluk hidup ) yang sangat kecil dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Parasit tidak dapat hidup sendiri, tetapi harus mendapat makanan dari organisme lain untuk hidup dan berkembang.

B. GEJALA

Gejala penyakit malaria sering kita jumpai sebagai berikut :
Gejala malaria Ringan :
1. Demam menggigil secara berkala dan biasanya disertai sakit kepala
2. Pucat karena kurang darah
3. Kadang-kadang di mulai dengan badan terasa lemah, mual/muntah tidak nafsu makan.
4. Gejala spesifik daerah, seperti diare pada anak
Gejala malaria Berat :
- Kejang-kejang
- Kehilangan kesadaran
- Kuning pada mata
- Panas tinggi
- Kencing berwarna the tua
- Nafas cepat
- Muntah terus
- Pingsan sampai koma

C. PENULARAN

Malaria tidak dapat ditularkan secara kontak langsung dari satu manusia ke manusia lainnya. Tetapi penyakit ini dapat menular malalui transfusi donor yang darahnya mengandung parasit malaria. Malaria yang klasik disebarkan oleh nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi parasit malaria. Tidak semua nyamuk dapat menularkan malaria. Seseorang menjadi terinfeksi malaria setelah digigit nyamuk Anopheles betina yang sudah terinfeksi parasit malaria.
Pada saat nyamuk betina menggigit, dia memasukkan air liurnya yang mengandung parasit ke dalam peredaran darah di dalam tubuh manusia. Selanjutnya parasit masuk ke dalam sel-sel hati manusia. Sekitar 1 hingga 2 minggu setelah digigt, parasit kembali masuk ke dalam darah. Pada saat ini manusia tersebut mulai menunjukkan tanda-tanda atau gejala malaria. Parasit tersebut selanjutnya menyerang sel darah merah dan mulai memakan hemaglobin, bagian darah yang membawa oksigen. Pecahnya sel darah merah yang terinfeksi plasmodium ini dapat menyebabkan timbulnya gejala demam disertai menggigil. Karena banyak sel darah merah yang pecah, maka menyebabkan anemia.
Proses terjadinya penyakit ditentukan oleh hubungan antara tiga faktor yaitu pejamu (host), penyebab (agent), dan lingkungan (enviroment)
1. 1. Pejamu/ Inang (Host)
Malaria mempunyai dua inang yaitu :
a) Manusia (intermediate host)
Secara umum dapat dikatakan bahwa pada dasarnya setiap orang dapat terkena malaria. Faktor yang berpengaruh pada manusia adalah :
- Ras atau suku bangsa.
- Kekurangan suatu enzim tertentu seperti enzim G6PD (glucosa 6 fosfat dehidrogenase)
- Kekebalan / imunitas yaitu adanya kemampuan tubuh manusia untuk menghancurkan plasmodium yang masuk atau membatasi berkembangbiaknya/jumlahnya.
b) Nyamuk Anopheles (Defenitive host)
Untuk kelangsungan hidupnya nyamuk memerlukan tiga tempat hidup, hubungan antara ketiga tempat hidup tersebut sebagai berikut :
- Tempat berkembang biak
- Tempat istirahat
- Tempat mencari darah

Nyamuk Anopheles biasanya aktif mencari darah pada malam hari, ada yang mulai senja sampai tengah malam, ada yang mulai tengah malam sampai menjelang pagi hari.
2. Penyebab (Agent)
Agent penyebab malaria adalah genus Plasmodium, Famili Plasmodiidae, dari ordo Coccidiidae. Ada 4 macam plasmodium :
- Plasmodium Falciparum ( Malaria tropika )
- Plasmodium vivax ( malaria tertiana )
- Plasmodium malarie ( malaria kuartana )
- Plasmodium ovale ( jarang, umumnya di Afrika )
Parasit malaria memerlukan dua macam fase untuk kelangsungan hidupnya. Fase malaria dalam badan manusia disebut fase aseksual yang terdiri atas fase di luar sel darah merah dan fase dalam sel darah merah yang terbagi dalam : 1) fase sisogoni yang menimbulkan demam dan 2) fase gametomi yang menyebabkan seseorang menjadi sumber penular penyakit bagi nyamuk malaria.
Dalam tubuh nyamuk terjadi fase seksual yang disebut sprogoni karena menghasilkan sprosoit yaitu bentuk parasit yang sudah siap untuk ditularkan kepada manusia.
3 Lingkungan (Envoroment)
Lingkungan yang berpengaruh terhadap timbulnya penyakit malaria adalah :
a) Fisik
Suhu udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus atau masa inkubasi ekstrinsik, terutama curuh hujan. Hujan yang berselang-seling dengan panas, berhubungan langsung dengan perkembanmgan larva nyamuk. Tersedianya air yang terus menerus memungkinkan nyamuk bertelur dan berkembang biak.
b) Biologi
Tumbuhan semak, pohon bakau, lumut, ganggang merupakan tempat perindukan dan tempat-tempat peristirahatan yang baik untuk nyamuk.
Dimanakah tempat berkembang biak nyamuk malaria ?
- Tambak ikan / udang yang tidak terurus
- Galian pasir
- Genangan air
- Rumput dan semak-semak di tepi saluran
- Pakaian yang bergantungan di kamar
- Semak-semak di sekitar rumah
- Kaleng-kaleng bekas

D. PENCEGAHAN

Cara Pencegahan Penyakit malaria antara lain sebagai berikut:
• Menghindari gigitan nyamuk, Tidur memakai kelambu, menggunakan obat nyamuk, memakai obat oles anti nyamuk, pasang kawat kasa pada ventilasi, menjauhkan kandang ternak dari rumah, kurangi berada di luar rumah pada malam hari.
• Pengobatan pencegahan, 2 hari sebelum berangkat ke daerah malaria, minum obat doksisilin 1 x 1 kapsul/ hari sampai 2 minggu setelah keluar dari lokasi endemis malaria.
• Membersihkan lingkungan, Menimbun genangan air, membersihkan lumut, gotong royong membersihkan lingkungan sekitar, mencegahnya dengan kentongan.
• Menebar kan pemakan jentik, Menekan kepadatan nyamuk dengan menebarkan ikan pemakan jentik. Seperti ikan kepala timah, nila merah, gupi, mujair dll.

E. PENGOBATAN

Pengobatan pada penderita malaria menggunakan Combination Therapy/ ACT . Saat ini penggunaan Klorokuin tidak dianjurkan bahkan Depkes RI melarang penggunaan Klorokuin karena sudah resisten terhadap kuman malaria.
Jenis pengobatan yang diberikan saat ini bagi penderita malaria adalah :
-Artesunate
-Amodiaquine
-Primaquin
Kebijakan Departemen Kesehatan untuk pengendalian malaria
1. Diagnosa Malaria harus terkonfirmasi atau Rapid Diagnostic Test.
2. Pengobatan Menggunakan Combination Therapy/ ACT
3. Pencegahan penularan malaria dengan kelambu ( Long Lasting Insekticidal Net )
4. Kerjasama lintas sektor dalam forum gebrak malaria dan lintas program
5. Memperkuat Desa Siaga dengan pembentukan Pos Malaria Desa (Posmaldes )
Kebijakan Departemen Kesehatan untuk pengendalian vektor
1. Pelatihan petugas
2. Penemuan aktif penderita
3. Penatalaksanaan kasus dan pengobatan
4. Pengendalian vektor
5. Pos malaria desa
6. Penyediaan sarana ( mikroskop, RDT ) bahan laboratorium dan obat-obatan(ACT)

TB PARU

A. DEFINISI

Tuberculosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobakterium Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi, diantaranya adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum, malaise, gejala flu, demam derajad rendah, nyeri dada dan batuk darah.

B. GEJALA

A. Demam
Bersifat subfebris menyerupai demam influenza,tetapi kadang panas badan dapat mencapai 40-41 C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar tetapi kemudian dapat kambuh kembali. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman Tuberculosis yang masuk.
B. Batuk / batuk darah
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, sifat batuk dimulai dari kering (non – produktif ) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah terjadi kavitas, tetapi data juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.

C. Sesak nafas
Pada penyakit bringan (baru timbul) belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi paru-paru.
D. Nyeri dada
Nyeri dada timbul bila infiltrasi sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik atau melepaskan nafasnya.
E. Malaise
Gejala malaise ditemukan berupa intake tidak adekuat, badan makin kurus, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dll. Gejala malaise ini makin berat dan terjadi hilang timbul secara teratur.

C. PENULARAN

Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.
Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC

D. PENCEGAHAN

- Makan cukup gizi setiap hari
- Bekerja tidak terlalu berat
- Istirahat cukup dan teratur
- Vaksinasi/Imunisasi BCG kepada bayi 0-3 bulan
- Usahakan agr sinar matahari dapat masuk setiap ruangan dalam rumah melalui jendela atau genting kaca, .karena kuman TBC mati dengan sinar matahari
- Kebersihan ruangan dalam rumah terjaga terutama kamar tidur
- Setiap ruangan dalam rumah dilengkapi jendela yang cukup untuk pencahayaan alami dan Ventilasi untuk pertukaran udara
- Menjemur kasur, bantal secara teratur
- Luas rumah mencukupi sebanding dengan jumlah penghuni
- Rumah sehat dapat mencegah penularan penyakit TBC

E. PENGOBATAN

Pengobatan bertujuan untuk menyembuhkan ,mencegah kematian ,dan kekambuhan. Obat TBC yang utama adalah Isoniazid ,Rifampisin ,pirazinamid ,streptomisin dan etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan yang biasa digunakan adalah kanamisin ,kuinolon ,makroloid dan amoksisilin di kombinasikan dengan klavulanat. Pengobatannya secara keseluruhannya dapat mencapai 12 bulan

CAMPAK

A. DEFINISI

Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini sangat infeksius, menular sejak awal masa prodromal sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam. Infeksi disebarkan lewat udara(airborne).

B. GEJALA

- Panas meningkat dan mencapai puncaknya pada hari ke 4-5, pada saat ruam keluar
- Coryza yang terjadi sukar dibedakan dengan common cold yang berat. Membaik dengan cepat pada saat panas menurun.
- Conjunctivitis ditandai dengan mata merah pada conjunctiva disertai dengan keradangan disertai dengan keluhan fotofobia.
- Cough merupakan akibat keradangan pada epitel saluran nafas, mencapai puncak pada saat erupsi dan menghilang setelah beberapa minggu.
- Munculnya Koplik’s spot umumnya pada sekitar 2 hari sebelum munculnya ruam (hari ke 3-4) dan cepat menghilang setelah beberapa jam atau hari. Koplik’s spot adalah sekumpulan noktah putih pada daerah epitel bucal yang merah (a grain of salt in the sea of red), yang merupakan tanda klinik yang patognomonik untuk campak.
- Ruam makulopapular semula bewarna kemerahan. Ruam ini muncul pertama pada daerah batas rambut dan dahi, serta belakang telinga, menyebar ke arah perifer sampai pada kaki. Ruam umumnya saling rengkuh sehingga pada muka dan dada menjadi confluent. Ruam ini membedakan dengan rubella yang ruamnya discrete dan tidak mengalami desquamasi. Telapak tangan dan kaki tidak mengalami desquamasi.

C. PENULARAN

Campak biasanya ditularkan sewaktu seseorang menyedot virus campak
yang telah dibatukkan atau dibersinkan ke dalam udara oleh orang yang
dapat menularkan penyakit. Campak merupakan salah satu infeksi
manusia yang paling mudah ditularkan. Berada di dalam kamar yang sama
saja dengan seorang penderita campak dapat mengakibatkan infeksi.
Penderita campak biasanya dapat menularkan penyakit dari saat sebelum
gejala timbul sampai empat hari setelah ruam timbul. Waktu dari eksposur
sampai jatuh sakit biasanya adalah 10 hari. Ruam biasanya timbul kirakira
14 hari setelah eksposur.

D. PENCEGAHAN

Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak.
Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas. Jika hanya mengandung campak, vaksin dibeirkan pada umur 9 bulan.
Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.

E. PENGOBATAN

Tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Anak sebaiknya menjalani tirah baring. Untuk menurunkan demam, diberikan asetaminofen atau ibuprofen.
Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik.

KEMATIAN IBU

A.DEFINISI
Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll.

B. PENYEBAB

Penyebab kematian ibu. adalah perdarahan, eklampsia atau gangguan akibat tekanan darah tinggi saat kehamilan, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi. Perdarahan, yang biasanya tidak bisa diperkirakan dan terjadi secara mendadak, bertanggung jawab atas 28 persen kematian ibu. Sebagian besar kasus perdarahan dalam masa nifas terjadi karena retensio plasenta dan atonia uteri. Hal ini mengindikasikan kurang baiknya manajemen tahap ketiga proses kelahiran dan pelayanan emergensi obstetrik dan perawatan neonatal yang tepat waktu. Eklampsia merupakan penyebab utama kedua kematian ibu, yaitu 13 persen kematian ibu di Indonesia (rata-rata dunia adalah 12 persen). Pemantauan kehamilan secara teratur sebenarnya dapat menjamin akses terhadap perawatan yang sederhana dan murah yang dapat mencegah kematian ibu karena eklampsia.

C. PENCEGAHAN

Kehamilan yang tidak diinginkan.
Membantu ibu menghindarkan kehamilan yang tak diinginkan akan mengakibatkan berkurangnya kehamilan, berkurangnya kematian karena persalinan, dan berkurangnya aborsi. Keluarga berencana merupakan salah satu intervensi kesehatan ibu dan anak yang diperkenalkan di Matlab, Bangladesh sejak tahun 1976 sebagai bagian dari kegiatan untuk menurunkan kematian ibu dan bayi. Data yang dikumpulkan di daerah tersebut antara akhir tahun 1970-an dan akhir tahun 1980-an menunjukkan bahwa keluarga berencana dapat menyumbang penurunan jumlah kematian ibu sebesar 2% per tahun, terutama kematian karena aborsi. Pemakaian kontrasepsi meningkat dari 8% menjadi 48% selama kurun waktu tersebut. Peningkatan pelayanan keluarga berencana dengan konseling yang terpusat pada kebutuhan klien dan berbagai pilihan metode KB (termasuk kontrasepsi darurat), serta penyediaan pelayanan yang terjangkau bagi siapa saja yang membutuhkan (termasuk remaja), merupakan komponen penting dalam upaya menurunkan kematian ibu.
Aborsi yang tidak aman.
Aborsi tidak aman merupakan penyebab kematian ibu yang mudah dicegah dan ditangani, namun keadaan ini menjadi penyebab paling sedikit 13% dari seluruh kematian ibu di dunia, satu dari delapan kematian ibu.Proporsi kematian ibu tertinggi karena aborsi yang tak aman terdapat di Amerika Latin dan Kepulauan Karibia, yaitu lebih dari 20%. Pengalaman di Ghana menunjukkan bahwa pelatihan bidan dalam pelayanan pasca aborsi merupakan strategi peningkatan kasus terhadap pelayanan keluarga berencana pasca aborsi serta pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.
Pelayanan antenatal : dampak terhadap kematian ibu.
Pelayanan antenatal sangat penting untuk mendeteksi dini komplikasi kehamilan dan dalam mendidik wanita tentang kehamilan.Pelayanan antenatal dan mencakup berbagai jenis pelayanan termasuk penyuluhan kepada pasien, pengobatan penyakit yang ada, pengobatan komplikasi dan skrining / penjaringan faktor resiko.
Komponen penting pelayanan antenatal meliputi
• Skrining dan pengobatan anemia, malaria, dan penyakit menular seksual (PMS)
• Deteksi dan penanganan komplikasi seperti kelainan letak hipertensi,edema dan pre eklampsia.
• Penyuluhan tentang komplikasi yang potensial, kapan dan bagaimana cara memperoleh pelayanan rujukan.
Manajemen komplikasi obstetri yang memadai.
Managemen Komplikasi obstetri yang memadai merupakan kunci keberhasilan pencegahan kematian ibu. Sebagian besar komplikasi obstetri yang berkaitan dengan kematian ibu tidak dapat dicegah atau diramalkan, tetapi hampir semua dapat ditangani jika tersedia pelayanan yang memadai. Bila keadaan gawat darurat sudah dideteksi, maka kelangsungan hidup tergantung pada kecepatan mendapat pelayanan obstetri esensial. Kebanyakan pelayanan obstetri esensial dapat diberikan pada tingkat pelayanan dasar, oleh bidan atau dokter umum. Transfusi darah dan tindakan operasi harus dapat diberikan di rumah sakit kabupaten oleh dokter umum terlatih atau oleh ahli kebidanan. Jika komplikasi tidak dapat ditangani di tingkat pelayanan dasar, bidan / dokter Puskesmas harus memberikan pertolongan pertama dan merujuk secepatnya. Penggunaan protokol pengobatan standar dapat mendorong agar semua tenaga dan fasilitas kesehatan melakukan prosedur tetap dan menangani komplikasi secara tepat, serta pemantauan mutu pelayanan obstetri. Transportasi gawat darurat harus selalu tersedia. Pelayanan obstetri esensial dapat menurunkan kematian ibu. Dalam hal ini termasuk perawat dan bidan terlatih untuk menolong persalinan, menangani dan merujuk kasus dengan komplikasi dan pengaturan untuk rujukan keadaan darurat. Dengan memperluas berbagai pelayanan kesehatan ibu sampai ke tingkat masyarakat dengan jalur yang efektif ke fasilitas rujukan, keadaan tersebut memastikan bahwa setiap wanita yang mengalami komplikasi obstetri mendapat pelayanan gawat darurat secara cepat dan tepat waktu.


Ketrampilan kebidanan : penentu keselamatan ibu.
Kesediaan tenaga persalinan terlatih yang dapat melaksanakan pertolongan persalinan yang aman dan bersih, mengenal dan menangani komplikasi obstetri (sendiri atau merujuk) akan mampu mengurangi kematian ibu. Walaupun demikian, di negara berkembang hanya 55 % wanita ditolong oleh tenaga terampil pada saat persalinan. Pelayanan kebidanan berkualitas untuk para ibu, yang kebanyakan diberikan rumah Sakit, telah memberikan kontribusi nyata terhadap penurunan kematian ibu di Swedia pada akhir tahun 1800-an dan awal tahun 1990-an, sebelum maraknya pelayanan gawat darurat obstetri. Pada waktu itu penurunan jumlah kematian ibu mencapai hampir sepertiganya, yaitu 630 menjadi 230 kematian per 100.000 kelahiran hidup selama kurun waktu antara tahun 1871 - 1895. Data dari studi di Matlab menunjukkan bahwa penempatan bidan desa menyebabkan peningkatan penggunaan pelayanan kesehatan oleh ibu-ibu setempat dan peningkatan penanganan komplikasi obstetri di desa tersebut. Pelayanan kebidanan menempati persen yang penting bagi kesinambungan pelayanan ibu hamil, antara lain melalui tersedianya rantai rujukan untuk berbagai tingkat pelayanan ibu hamil, antara lain melalui tesedianya rantai rujukan untuk berbagai tingkat pelayanan yang sangat penting. Seorang bidan dapat berfungsi sebagai tempat rujukan pertama bagi dukun bayi atau orang/individu yang membawa ibu ke tempat rujukan. Tentu efektifitas pelayanan kebidanan dalam menurunkan kematian ibu juga tergantung pada kesediaan infrastruktur pelayanan kesehatan yang memberikan fasilitas untuk konsultasi dan rujukan bagi ibu yang memerlukan pelayanan obstetri gawat.
Dukun bayi terlatih .
Suatu upaya melibatkan masyarakat dalam menangani keselamatan ibu. Pada negara berkembang kebanyakan wanita melahirkan di rumah tanpa dihadiri oleh tenaga kesehatan. Banyak persalinan ditangani dukun bayi tanpa didampingi oleh tenaga kesehatan. Pada keadaan gawat dan terlambat baru petugas kesehatan di panggil. Dalam hal ini masalah “terlambat” menjadi beban petugas kesehatan.
Pemerintah sebelumnya telah mencanangkan Program “Making Pregnancy Safer” dimana setiap persalinan harus ditangani oleh tenaga kesehatan, namun kenyataannnya sebagian besar masih ditangani oleh dukun bayi tanpa di dampingi oleh tenaga kesehatan.
Pelatihan dukun bayi sebagai strategi dan teknik menurunkan kesakitan dan kematian ibu perlu dipertimbangkan agar dukun bayi berperan sebagai penghubung antara masyarakat dengan sistem pelayanan kesehatan formal. Walaupun dukun bayi tak dapat mencegah kematian ibu, jika terjadi komplikasi, mereka dapat berperan dalam menyelamatkan ibu. Pelatihan dukun bayi dalam persalinan aman dan bersih, pengelolaan persalinan yang lebih baik, pengenalan komplikasi dini, dan upaya rujukan dapat menyelamatkan jiwa bila pelayanan obstetri esensial tersedia. Mengupayakan agar dukun bayi mengenal dan terbiasa dengan tempat rujukan (serta petugas tingkat rujukan primer memahami peranan dukun bayi) menjadi sangat penting.
Pelayanan Obstetri Esensial.
Dengan terselenggaranya pelayanan obstetri esensial (PONEK) dapat mengurangi kematian obstetrik. Pelayanan obstetri esensial pada hakekatnya adalah, tersedianya pelayanan secara terus menerus dalam waktu 24 jam untuk
• Bedah Cesar
• Pengobatan penting (termasuk anestesi, antibiotika dan cairan infus)
• Transfusi darah
• Pengeluaran plasenta secara manual
• Aspirasi vakum untuk abortus inkomplet
Yang idealnya, pelayanan obstetri esensial juga mencakup kemampuan memberikan pelayanan kontraseptif bedah. Perubahan perilaku masyarakat amat penting dalam upaya penurunan angka kematian ibu.
Strategi berbasis masyarakat yang akan mendukung tercapainya tujuan upaya Keselamatan Ibu meliputi :
1. Melibatkan anggota masyarakat, khususnya wanita dan pelaksanaan pelayanan setempat, dalam upaya memperbaiki kesehatan ibu.
2. Bekerjasama dengan masyarakat, wanita, keluarga, dan dukun / pengobat untuk mengubah sikap terhadap keterlambatan mendapat pertolongan.
3. Menyediakan pendidikan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang komplikasi obstetri serta kapan dan dimana mencari pertolongan

KEMATIAN BAYI

A. DEFINISI

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.
Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.
Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.

B. PENYEBAB

- Kecacatan kelahiran - biasanya berpunca daripada struktur atau kecacatan kromosom. Tali pusat terjatuh (prolaps), iaitu apabila tali pusat terkeluar dari faraj terlebih dahulu sebelum bayi. Ini menghalang pengaliran darah dan oksigen.
- Masalah uri (plasenta)
a. Pemisahan uri dari dinding rahim (uterus). Bayi tidak mungkin dapat hidup sekiranya uri telah terpisah dari tempat implantasinya.
b. Implantasi uri di bahagain pangkal rahim/bahagian bawah rahim atau serviks. - Keadaan ini dipanggil plasenta previa. Sekiranya keadaan ini tidak dikesan di peringkat awal, ia boleh menggagalkan peluang bayi untuk hidup dan pendarahan yang serius mungkin berlaku.
- Keadaan kesihatan ibu mengandung sebelum dan juga semasa kehamilan seperti ibu mengidap diabetes (kencing manis) dan tekanan darah tinggi. Keadaan ini merupakan penyebab penting kejadian lahir mati dan masalah ini perlu dipantau sepanjang tempoh kehamilan.
- Masalah pada tali pusat tali pusat terpintal menyebabkan terganggunya pengaliran oksigen dan juga nutrien kepada bayi
- Tali pusat itu terbelit pada leher bayi, yang menjadikan bayi tercekik dan lemas apabila ia mula bergerak ke bahagian bawah
- Tiada punca yang dapat dikenalpasti (merupakan separuh dari kes lahir mati) tetapi kemungkinan besar disebabkan oleh jangkitan.

C. PENCEGAHAN

- Lazimnya, lahir mati berlaku tanpa sebarang amaran, tetapi kadang-kala ia boleh dijangka dan dielakkan
- Penilaian ke atas janin dijalankan pada ibu-ibu yang berisiko tinggi terhadap masalah lahir mati - seperti ibu-ibu yang mempunyai masalah kesihatan (yang ada diabetes dan tekanan darah tinggi) terutama pada minggu terakhir kehamilan. Sekiranya semasa penilaian janin tersebut terdapatnya penemuan yang luar biasa, maka usaha untuk melahirkan bayi itu lebih awal mungkin dapat mengelakkan kejadian lahir mati.
- Bagi sesetengah kes terpecah uri atau abrubsi plasenta (placenta abrubtion), pembedahan kecemasan Caesarean mungkin dapat menyelamatkan nyawa.
- Carta pergerakan janin digunakan oleh para doktor untuk menjejak pergerakan janin dilakukan beberapa kali dalam sehari, terutamanya selepas minggu ke 26 kehamilan. Sekiranya bayi itu kurang menendang atau bergerak dari biasa, penilaian lanjutan ke atas janin perlu dijalankan. Bagi sesetengah kes, sekiranya doktor dapati ada keabnormalan yang berlaku, maka aruhan kelahiran dengan menjalankan pembedahan Ceasarean mungkin dapat menyelamatkan keadaan.
- Jaga kesihatan diri anda dengan baik sebelum mengandung. Setelah mengandung, dapatkan penjagaan ibu mengandung seawal mungkin untuk memastikan keadaan bayi anda sihat. Doktor akan menjalankan ujian saringan bagi mengesan sebarang jangkitan. Di samping itu, beliau akan mengkaji rekod kesihatan dan memastikan sebarang keadaan yang serius atau kronik telah dirawat dengan sewajarnya.

ANUGRAH DIAN W
E2AOO9108/REG-1
MAHASISWA FKM UNDIP

Jumat, 29 Oktober 2010

Pencegahan Dini Osteoporosis

Kata bijak “Mencegah lebih baik daripada mengobati” hal ini juga berlaku untuk pencegahan osteoporosis. Seperti kita ketahui bahwa banyak di antara kita yang belum menyadari bahwa dirinya bisa terancam osteoporosis. Karena muncul osteoporosis yang tidak disertai dengan gejala, resiko terkena osteoporosis semakin terbuka jika kurang memperhatikan kebutuhan nutrisi untuk tulang sehingga semakin lama osteoporosis dapat menggerogoti massa tulang dan ancaman patah tulang pun dapat terjadi.
Salah satu cara mencegahnya adalah dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung nutrisi untuk tulang sehingga pencegahan dini osteoporosis bisa terjadi. Meskipun kita yang tinggal di wilayah garis khatulistiwa yang selalu mendapat sinar matahari sepanjang tahun tetapi kita tetap dapat beresiko mengalami kekurangan vitamin D. Aktivitas yang sebagian besar waktunya dilakukan di ruangan tertutup, misalnya di gedung perkantoran atau pabrik yang kurang bahkan tidak mendapat sinar matahari langsung, merupakan salah satu penyebabnya. Kebiasaan menggunakan pakaian yang menutupi sebagian besar tubuh juga dapat berperan menghambat masuknya radiasi sinar ultraviolet ke kulit. Sehingga mengakibatkan berkurangnya sintesa vitamin D di kulit. Tetapi perlu diingat, bahwa sinar matahari juga berbahaya jika kita membiarkan tubuh berlama-lama di bawah sinar matahari, karena sinar matahari dapat meningkatkan resiko kanker kulit, membakar kulit, mempercepat proses penuaan, merusak mata, bahkan menyebabkan katarak.
Vitamin D berperan meningkatkan efisiensi penyerapan kalsium di usus. Vitamin D menolong darah untuk menghasilkan kalsium dan fosfor, yang membangun dan memperbaiki massa tulang. Tanpa vitamin D, usus manusia hanya mampu menyerap 10-15 persen kalsium dalam makanan. Apa bila vitamin D cukup, efisiensi penyerapan kalsium dapat mencapai 30 persen.
Terkait dengan gencarnya iklan susu yang mengandung kalsium, tidak sepenuhnya susu yang dipromosikan tersebut mampu memenuhi kebutuhan kalsium bagi tubuh apalagi tulang. Sebab, jika terlalu banyak mengkonsumsi susu berkalsium, hal ini akan mempengaruhi batu ginjal. Karena, untuk memenuhi kebutuhan kalsium dari susu, minimal setiap hari harus minum susu sebanyak 16 gelas. Konsumsi susu sebanyak itu jelas tidak mungkin dilakukan.
Sayuran hijau, sayur-sayuran berdaun lebar, tahu, ikan sarden, dan salmon juga merupakan sumber makanan yang mengandung kalsium. Atau silahkan memakan pizza dan roti keju panggang karena di sana juga terdapat kalsium. Perlu pula mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak antioksidan seperti vitamin A yang terdapat dalam wortel, kentang, pepaya, labu, bunga kol, kangkung, semangka. Vitamin C yang terdapat dalam jeruk, pepaya, kecambah brussels, kangkung, strawberry, atau vitamin E yang terdapat dalam minyak nabati, tauge, mineral selenium yang terdapat dalam bawang putih, kubis, wortel, lobak, bunga kol, salada, mentimun, ikan, mineral seng yang terdapat dalam hati clan daging hewani, kacang-kacangan dan lain-lain. Jadi, tidak ada salahnya memanjakan tulang Anda, demi tampil tegap di hari tua. ® Irw
Osteoporosis sering ditandai dengan :
• Terjadinya patah tulang secara tiba-tiba karena trauma yang ringan atau tanpa trauma.
• Timbulnya rasa nyeri yang hebat sehingga penderita tidak dapat melakukan pergerakan.
• Tinggi badan berkurang clan bongkok
Cara-cara pencegahan osteoporosis :
• Rajin berolah raga
• Upayakan mencapai berat tubuh yang ideal
• Penuhi kebutuhan nutrisi tulang dengan menambah Kalsium clan vitamin D
• Hilangkan kebiasaan seperti merokok, mengonsumsi alkohol clan kafein.
• Berjemur ± 15 menit di bawah sinar matahari pagi atau sore hari, membantu tubuh untuk mensintesa atau membuat vitamin D-nya sendiri
• Upayakan menghindari cedera (khususnya jatuh)

Senin, 25 Oktober 2010

HIDROSEFALUS

Pengertian hidrosefalus
Hidrosefalus adalah keadaan saat cairan otak (cairan jernih yang mengelilingi otak dan susunan saraf dan sebagai bantalan) tidak dapat dialirkan keluar dari otak. Cairan tersebut menumpuk di dalam otak. Hidrosefalus dapat menyebabkan kepala bayi dan anak kecil membesar karena cairan otak yang berlebih. Pada anak besar yang ubun-ubun sudah tertutup, hidrosefalus dapat menyebabkan sakit yang amat sangat di kepala karena peningkatan tekanan dalam rongga kepala.
Jika tidak dilakukan tindakan maka hidrosefalus dapat menyebabkan kerusakan otak, gangguan fisik dan mental bahkan kematian. Dengan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat maka anak dengan hidrosefalus dapat pulih kembali.
Penyebab hidrosefalus
Cairan otak normalnya akan mengalir melalui saluran (ventrikel) dan keluar  melalui penampungan kecil (sisterna) yang berada di dasar otak. Cairan otak berfungsi mengalirkan makanan dan membuang hasil metabolisme dari otak dan disalurkan ke dalam pembuluh darah.
Jika ada sumbatan di ventrikel maka cairan otak akan menumpuk mengakibatkan hidrosefalus. Penumpukan cairan otak juga bisa terjadi jika pleksus koroidales (penghasil cairan otak) memproduksi cairan otak secara berlebihan atau cairan otak tidak dapat disalurkan ke pembuluh darah.
Tanda pada bayi
Tanda dari hidrosefalus tergantung dari usia bayi atau anak.
Bayi di bawah 1 tahun akan memberikan gejala pembesaran kepala karena tulang tengkorak belum bersatu (ubun-ubun belum menutup). Selain kepala yang membesar, tanda lainnya :
a. Ubun-ubun membonjol
b. Ada celah antara tulang tengkorak
c. Peningkatan lingkar kepala
d. Pembuluh darah yang membesar di kulit
e. Mata yang turun ke dalam kelopak mata bawah (sehingga tidak terlihat seluruhnya)
Bayi/anak dapat juga mengalami muntah, kejang, tidur terus-menerus, rewel. Pada kasus yang berat anak dapat gagal tumbuh atau tidak berkembang sesuai usianya.
Tanda pada anak besar
Pada anak yang sudah tertutup ubun-ubunnya maka tidak mudah mengenali pembesaran kepala karena penumpukan cairan di dalamnya.
Pada keadaan ini peningkatan tekanan pada otak menyebabkan sakit kepala berat pada tengah malam atau pagi hari. Sakit kepala dapat disertai :
a. Mual dan muntah
b. Tidur terus menerus
c. Gangguan keseimbangan dan motorik
d. Pandangan ganda
e. Juling
f. Kejang
Perubahan perilaku, kehilangan kemampuan seperti berjalan atau berbicara dan gangguan ingatan dapat muncul pada keadaan yang sudah lanjut.
Diagnosis
Anak yang menunjukkan tanda dan gejala di atas sebaiknya diperiksa oleh dokter sesegera mungkin. Dokter akan melakukan pemeriksaan dan pemeriksaan tambahan seperti USG (bila ubun-ubun kepala belum tertutup), CT scan dan MRI untuk mendapat gambaran di kepala.
Proses USG dan CT scan memancarkan frekuensi atau radiasi atau gelombang suara yang sangat rendah dan tidak berbahaya.
Pembuatan saluran (shunt)
Jika diagnosis ditegakkan hidrosefalus maka tatalaksana akan disesuaikan dengan usia anak dan penyebab penumpukan cairan otak, apakah karena sumbatan, produksi berlebihan atau penyebab lainnya, dan kondisi kesehatan anak secara keseluruhan.
Proses pembuatan saluran untuk mengalirkan cairan otak dilakukan dengan pembedahan dengan memasang selang (kateter) ke dalam saluran cairan otak (ventrikel) dan ujung lainnya di tanam di rongga perut, rongga jantung atau ruang di sekitar paru-paru tempat cairan dapat diserap oleh pembuluh darah. Katup pada sistem saluran tersebut untuk mengatur alirannya, mencegah agar tidak berlebihan atau kekurangan dalam aliran pengeluaran cairan otak.
Pembuatan saluran adalah tatalaksana yang efektif untuk hidrosefalus, namun terdapat kemungkinan kegagalan dan komplikasi. Sekitar 30% saluran yang dibuat dapat berhenti bekerja dalam 1 tahun dengan kegagalan sekitar 5% setiap tahun berikutnya. Infeksi terjadi 5-10% pembuatan saluran. Tanda infeksi seperti demam dan kaku leher (kuduk) dan merasakan nyeri tekan pada saluran yang dipasang dan perut. Infeksi umumnya terjadi pada bulan-bulan pertama setelah pemasangan saluran dan memerlukan pencopotan saluran untuk sementara dan anak mendapat antibiotik selama 2 minggu.
Ventrikulektomi
Pembedahan minimal dengan membuat saluran/lubang pengeluaran cairan otak yang baru di ventrikel. Langkah ini sebagai pilihan pada anak >6 bulan dengan angka keberhasilan yang lebih tinggi dan angka infeksi yang lebih rendah.
Dengan tatalaksana yang tepat maka anak dengan hidrosefalus dapat hidup dengan normal. Pada anak dengan masalah kesehatan yang kompleks seperti spina bifida atau perdarahan dalam otak pada prematuritas dapat mengalami komplikasi karena penyakit yang mendasarinya. Pada anak-anak dengan kondisi kesehatan tersebut tatalaksana dini dapat meningkatkan kemungkinan pemulihan.