Kamis, 11 November 2010

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI

MALARIA

A. DEFINISI

Penyakit malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit ( plasmodium ) yang ditularkan oleh nyamuk malaria ( Anopheles ). Secara epidemiologi penyakit malaria dapat menyerang orang baik laki-laki maupun perempuan, pada semua golongan umur, dari bayi sampai orang dewasa.
Plasmodium adalah parasit yang hidup dalam sel darah merah. Parasit merupakan organisme (mahluk hidup ) yang sangat kecil dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Parasit tidak dapat hidup sendiri, tetapi harus mendapat makanan dari organisme lain untuk hidup dan berkembang.

B. GEJALA

Gejala penyakit malaria sering kita jumpai sebagai berikut :
Gejala malaria Ringan :
1. Demam menggigil secara berkala dan biasanya disertai sakit kepala
2. Pucat karena kurang darah
3. Kadang-kadang di mulai dengan badan terasa lemah, mual/muntah tidak nafsu makan.
4. Gejala spesifik daerah, seperti diare pada anak
Gejala malaria Berat :
- Kejang-kejang
- Kehilangan kesadaran
- Kuning pada mata
- Panas tinggi
- Kencing berwarna the tua
- Nafas cepat
- Muntah terus
- Pingsan sampai koma

C. PENULARAN

Malaria tidak dapat ditularkan secara kontak langsung dari satu manusia ke manusia lainnya. Tetapi penyakit ini dapat menular malalui transfusi donor yang darahnya mengandung parasit malaria. Malaria yang klasik disebarkan oleh nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi parasit malaria. Tidak semua nyamuk dapat menularkan malaria. Seseorang menjadi terinfeksi malaria setelah digigit nyamuk Anopheles betina yang sudah terinfeksi parasit malaria.
Pada saat nyamuk betina menggigit, dia memasukkan air liurnya yang mengandung parasit ke dalam peredaran darah di dalam tubuh manusia. Selanjutnya parasit masuk ke dalam sel-sel hati manusia. Sekitar 1 hingga 2 minggu setelah digigt, parasit kembali masuk ke dalam darah. Pada saat ini manusia tersebut mulai menunjukkan tanda-tanda atau gejala malaria. Parasit tersebut selanjutnya menyerang sel darah merah dan mulai memakan hemaglobin, bagian darah yang membawa oksigen. Pecahnya sel darah merah yang terinfeksi plasmodium ini dapat menyebabkan timbulnya gejala demam disertai menggigil. Karena banyak sel darah merah yang pecah, maka menyebabkan anemia.
Proses terjadinya penyakit ditentukan oleh hubungan antara tiga faktor yaitu pejamu (host), penyebab (agent), dan lingkungan (enviroment)
1. 1. Pejamu/ Inang (Host)
Malaria mempunyai dua inang yaitu :
a) Manusia (intermediate host)
Secara umum dapat dikatakan bahwa pada dasarnya setiap orang dapat terkena malaria. Faktor yang berpengaruh pada manusia adalah :
- Ras atau suku bangsa.
- Kekurangan suatu enzim tertentu seperti enzim G6PD (glucosa 6 fosfat dehidrogenase)
- Kekebalan / imunitas yaitu adanya kemampuan tubuh manusia untuk menghancurkan plasmodium yang masuk atau membatasi berkembangbiaknya/jumlahnya.
b) Nyamuk Anopheles (Defenitive host)
Untuk kelangsungan hidupnya nyamuk memerlukan tiga tempat hidup, hubungan antara ketiga tempat hidup tersebut sebagai berikut :
- Tempat berkembang biak
- Tempat istirahat
- Tempat mencari darah

Nyamuk Anopheles biasanya aktif mencari darah pada malam hari, ada yang mulai senja sampai tengah malam, ada yang mulai tengah malam sampai menjelang pagi hari.
2. Penyebab (Agent)
Agent penyebab malaria adalah genus Plasmodium, Famili Plasmodiidae, dari ordo Coccidiidae. Ada 4 macam plasmodium :
- Plasmodium Falciparum ( Malaria tropika )
- Plasmodium vivax ( malaria tertiana )
- Plasmodium malarie ( malaria kuartana )
- Plasmodium ovale ( jarang, umumnya di Afrika )
Parasit malaria memerlukan dua macam fase untuk kelangsungan hidupnya. Fase malaria dalam badan manusia disebut fase aseksual yang terdiri atas fase di luar sel darah merah dan fase dalam sel darah merah yang terbagi dalam : 1) fase sisogoni yang menimbulkan demam dan 2) fase gametomi yang menyebabkan seseorang menjadi sumber penular penyakit bagi nyamuk malaria.
Dalam tubuh nyamuk terjadi fase seksual yang disebut sprogoni karena menghasilkan sprosoit yaitu bentuk parasit yang sudah siap untuk ditularkan kepada manusia.
3 Lingkungan (Envoroment)
Lingkungan yang berpengaruh terhadap timbulnya penyakit malaria adalah :
a) Fisik
Suhu udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus atau masa inkubasi ekstrinsik, terutama curuh hujan. Hujan yang berselang-seling dengan panas, berhubungan langsung dengan perkembanmgan larva nyamuk. Tersedianya air yang terus menerus memungkinkan nyamuk bertelur dan berkembang biak.
b) Biologi
Tumbuhan semak, pohon bakau, lumut, ganggang merupakan tempat perindukan dan tempat-tempat peristirahatan yang baik untuk nyamuk.
Dimanakah tempat berkembang biak nyamuk malaria ?
- Tambak ikan / udang yang tidak terurus
- Galian pasir
- Genangan air
- Rumput dan semak-semak di tepi saluran
- Pakaian yang bergantungan di kamar
- Semak-semak di sekitar rumah
- Kaleng-kaleng bekas

D. PENCEGAHAN

Cara Pencegahan Penyakit malaria antara lain sebagai berikut:
• Menghindari gigitan nyamuk, Tidur memakai kelambu, menggunakan obat nyamuk, memakai obat oles anti nyamuk, pasang kawat kasa pada ventilasi, menjauhkan kandang ternak dari rumah, kurangi berada di luar rumah pada malam hari.
• Pengobatan pencegahan, 2 hari sebelum berangkat ke daerah malaria, minum obat doksisilin 1 x 1 kapsul/ hari sampai 2 minggu setelah keluar dari lokasi endemis malaria.
• Membersihkan lingkungan, Menimbun genangan air, membersihkan lumut, gotong royong membersihkan lingkungan sekitar, mencegahnya dengan kentongan.
• Menebar kan pemakan jentik, Menekan kepadatan nyamuk dengan menebarkan ikan pemakan jentik. Seperti ikan kepala timah, nila merah, gupi, mujair dll.

E. PENGOBATAN

Pengobatan pada penderita malaria menggunakan Combination Therapy/ ACT . Saat ini penggunaan Klorokuin tidak dianjurkan bahkan Depkes RI melarang penggunaan Klorokuin karena sudah resisten terhadap kuman malaria.
Jenis pengobatan yang diberikan saat ini bagi penderita malaria adalah :
-Artesunate
-Amodiaquine
-Primaquin
Kebijakan Departemen Kesehatan untuk pengendalian malaria
1. Diagnosa Malaria harus terkonfirmasi atau Rapid Diagnostic Test.
2. Pengobatan Menggunakan Combination Therapy/ ACT
3. Pencegahan penularan malaria dengan kelambu ( Long Lasting Insekticidal Net )
4. Kerjasama lintas sektor dalam forum gebrak malaria dan lintas program
5. Memperkuat Desa Siaga dengan pembentukan Pos Malaria Desa (Posmaldes )
Kebijakan Departemen Kesehatan untuk pengendalian vektor
1. Pelatihan petugas
2. Penemuan aktif penderita
3. Penatalaksanaan kasus dan pengobatan
4. Pengendalian vektor
5. Pos malaria desa
6. Penyediaan sarana ( mikroskop, RDT ) bahan laboratorium dan obat-obatan(ACT)

TB PARU

A. DEFINISI

Tuberculosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobakterium Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi, diantaranya adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum, malaise, gejala flu, demam derajad rendah, nyeri dada dan batuk darah.

B. GEJALA

A. Demam
Bersifat subfebris menyerupai demam influenza,tetapi kadang panas badan dapat mencapai 40-41 C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar tetapi kemudian dapat kambuh kembali. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman Tuberculosis yang masuk.
B. Batuk / batuk darah
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, sifat batuk dimulai dari kering (non – produktif ) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah terjadi kavitas, tetapi data juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.

C. Sesak nafas
Pada penyakit bringan (baru timbul) belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi paru-paru.
D. Nyeri dada
Nyeri dada timbul bila infiltrasi sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik atau melepaskan nafasnya.
E. Malaise
Gejala malaise ditemukan berupa intake tidak adekuat, badan makin kurus, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dll. Gejala malaise ini makin berat dan terjadi hilang timbul secara teratur.

C. PENULARAN

Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.
Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC

D. PENCEGAHAN

- Makan cukup gizi setiap hari
- Bekerja tidak terlalu berat
- Istirahat cukup dan teratur
- Vaksinasi/Imunisasi BCG kepada bayi 0-3 bulan
- Usahakan agr sinar matahari dapat masuk setiap ruangan dalam rumah melalui jendela atau genting kaca, .karena kuman TBC mati dengan sinar matahari
- Kebersihan ruangan dalam rumah terjaga terutama kamar tidur
- Setiap ruangan dalam rumah dilengkapi jendela yang cukup untuk pencahayaan alami dan Ventilasi untuk pertukaran udara
- Menjemur kasur, bantal secara teratur
- Luas rumah mencukupi sebanding dengan jumlah penghuni
- Rumah sehat dapat mencegah penularan penyakit TBC

E. PENGOBATAN

Pengobatan bertujuan untuk menyembuhkan ,mencegah kematian ,dan kekambuhan. Obat TBC yang utama adalah Isoniazid ,Rifampisin ,pirazinamid ,streptomisin dan etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan yang biasa digunakan adalah kanamisin ,kuinolon ,makroloid dan amoksisilin di kombinasikan dengan klavulanat. Pengobatannya secara keseluruhannya dapat mencapai 12 bulan

CAMPAK

A. DEFINISI

Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini sangat infeksius, menular sejak awal masa prodromal sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam. Infeksi disebarkan lewat udara(airborne).

B. GEJALA

- Panas meningkat dan mencapai puncaknya pada hari ke 4-5, pada saat ruam keluar
- Coryza yang terjadi sukar dibedakan dengan common cold yang berat. Membaik dengan cepat pada saat panas menurun.
- Conjunctivitis ditandai dengan mata merah pada conjunctiva disertai dengan keradangan disertai dengan keluhan fotofobia.
- Cough merupakan akibat keradangan pada epitel saluran nafas, mencapai puncak pada saat erupsi dan menghilang setelah beberapa minggu.
- Munculnya Koplik’s spot umumnya pada sekitar 2 hari sebelum munculnya ruam (hari ke 3-4) dan cepat menghilang setelah beberapa jam atau hari. Koplik’s spot adalah sekumpulan noktah putih pada daerah epitel bucal yang merah (a grain of salt in the sea of red), yang merupakan tanda klinik yang patognomonik untuk campak.
- Ruam makulopapular semula bewarna kemerahan. Ruam ini muncul pertama pada daerah batas rambut dan dahi, serta belakang telinga, menyebar ke arah perifer sampai pada kaki. Ruam umumnya saling rengkuh sehingga pada muka dan dada menjadi confluent. Ruam ini membedakan dengan rubella yang ruamnya discrete dan tidak mengalami desquamasi. Telapak tangan dan kaki tidak mengalami desquamasi.

C. PENULARAN

Campak biasanya ditularkan sewaktu seseorang menyedot virus campak
yang telah dibatukkan atau dibersinkan ke dalam udara oleh orang yang
dapat menularkan penyakit. Campak merupakan salah satu infeksi
manusia yang paling mudah ditularkan. Berada di dalam kamar yang sama
saja dengan seorang penderita campak dapat mengakibatkan infeksi.
Penderita campak biasanya dapat menularkan penyakit dari saat sebelum
gejala timbul sampai empat hari setelah ruam timbul. Waktu dari eksposur
sampai jatuh sakit biasanya adalah 10 hari. Ruam biasanya timbul kirakira
14 hari setelah eksposur.

D. PENCEGAHAN

Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak.
Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas. Jika hanya mengandung campak, vaksin dibeirkan pada umur 9 bulan.
Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.

E. PENGOBATAN

Tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Anak sebaiknya menjalani tirah baring. Untuk menurunkan demam, diberikan asetaminofen atau ibuprofen.
Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik.

KEMATIAN IBU

A.DEFINISI
Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll.

B. PENYEBAB

Penyebab kematian ibu. adalah perdarahan, eklampsia atau gangguan akibat tekanan darah tinggi saat kehamilan, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi. Perdarahan, yang biasanya tidak bisa diperkirakan dan terjadi secara mendadak, bertanggung jawab atas 28 persen kematian ibu. Sebagian besar kasus perdarahan dalam masa nifas terjadi karena retensio plasenta dan atonia uteri. Hal ini mengindikasikan kurang baiknya manajemen tahap ketiga proses kelahiran dan pelayanan emergensi obstetrik dan perawatan neonatal yang tepat waktu. Eklampsia merupakan penyebab utama kedua kematian ibu, yaitu 13 persen kematian ibu di Indonesia (rata-rata dunia adalah 12 persen). Pemantauan kehamilan secara teratur sebenarnya dapat menjamin akses terhadap perawatan yang sederhana dan murah yang dapat mencegah kematian ibu karena eklampsia.

C. PENCEGAHAN

Kehamilan yang tidak diinginkan.
Membantu ibu menghindarkan kehamilan yang tak diinginkan akan mengakibatkan berkurangnya kehamilan, berkurangnya kematian karena persalinan, dan berkurangnya aborsi. Keluarga berencana merupakan salah satu intervensi kesehatan ibu dan anak yang diperkenalkan di Matlab, Bangladesh sejak tahun 1976 sebagai bagian dari kegiatan untuk menurunkan kematian ibu dan bayi. Data yang dikumpulkan di daerah tersebut antara akhir tahun 1970-an dan akhir tahun 1980-an menunjukkan bahwa keluarga berencana dapat menyumbang penurunan jumlah kematian ibu sebesar 2% per tahun, terutama kematian karena aborsi. Pemakaian kontrasepsi meningkat dari 8% menjadi 48% selama kurun waktu tersebut. Peningkatan pelayanan keluarga berencana dengan konseling yang terpusat pada kebutuhan klien dan berbagai pilihan metode KB (termasuk kontrasepsi darurat), serta penyediaan pelayanan yang terjangkau bagi siapa saja yang membutuhkan (termasuk remaja), merupakan komponen penting dalam upaya menurunkan kematian ibu.
Aborsi yang tidak aman.
Aborsi tidak aman merupakan penyebab kematian ibu yang mudah dicegah dan ditangani, namun keadaan ini menjadi penyebab paling sedikit 13% dari seluruh kematian ibu di dunia, satu dari delapan kematian ibu.Proporsi kematian ibu tertinggi karena aborsi yang tak aman terdapat di Amerika Latin dan Kepulauan Karibia, yaitu lebih dari 20%. Pengalaman di Ghana menunjukkan bahwa pelatihan bidan dalam pelayanan pasca aborsi merupakan strategi peningkatan kasus terhadap pelayanan keluarga berencana pasca aborsi serta pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.
Pelayanan antenatal : dampak terhadap kematian ibu.
Pelayanan antenatal sangat penting untuk mendeteksi dini komplikasi kehamilan dan dalam mendidik wanita tentang kehamilan.Pelayanan antenatal dan mencakup berbagai jenis pelayanan termasuk penyuluhan kepada pasien, pengobatan penyakit yang ada, pengobatan komplikasi dan skrining / penjaringan faktor resiko.
Komponen penting pelayanan antenatal meliputi
• Skrining dan pengobatan anemia, malaria, dan penyakit menular seksual (PMS)
• Deteksi dan penanganan komplikasi seperti kelainan letak hipertensi,edema dan pre eklampsia.
• Penyuluhan tentang komplikasi yang potensial, kapan dan bagaimana cara memperoleh pelayanan rujukan.
Manajemen komplikasi obstetri yang memadai.
Managemen Komplikasi obstetri yang memadai merupakan kunci keberhasilan pencegahan kematian ibu. Sebagian besar komplikasi obstetri yang berkaitan dengan kematian ibu tidak dapat dicegah atau diramalkan, tetapi hampir semua dapat ditangani jika tersedia pelayanan yang memadai. Bila keadaan gawat darurat sudah dideteksi, maka kelangsungan hidup tergantung pada kecepatan mendapat pelayanan obstetri esensial. Kebanyakan pelayanan obstetri esensial dapat diberikan pada tingkat pelayanan dasar, oleh bidan atau dokter umum. Transfusi darah dan tindakan operasi harus dapat diberikan di rumah sakit kabupaten oleh dokter umum terlatih atau oleh ahli kebidanan. Jika komplikasi tidak dapat ditangani di tingkat pelayanan dasar, bidan / dokter Puskesmas harus memberikan pertolongan pertama dan merujuk secepatnya. Penggunaan protokol pengobatan standar dapat mendorong agar semua tenaga dan fasilitas kesehatan melakukan prosedur tetap dan menangani komplikasi secara tepat, serta pemantauan mutu pelayanan obstetri. Transportasi gawat darurat harus selalu tersedia. Pelayanan obstetri esensial dapat menurunkan kematian ibu. Dalam hal ini termasuk perawat dan bidan terlatih untuk menolong persalinan, menangani dan merujuk kasus dengan komplikasi dan pengaturan untuk rujukan keadaan darurat. Dengan memperluas berbagai pelayanan kesehatan ibu sampai ke tingkat masyarakat dengan jalur yang efektif ke fasilitas rujukan, keadaan tersebut memastikan bahwa setiap wanita yang mengalami komplikasi obstetri mendapat pelayanan gawat darurat secara cepat dan tepat waktu.


Ketrampilan kebidanan : penentu keselamatan ibu.
Kesediaan tenaga persalinan terlatih yang dapat melaksanakan pertolongan persalinan yang aman dan bersih, mengenal dan menangani komplikasi obstetri (sendiri atau merujuk) akan mampu mengurangi kematian ibu. Walaupun demikian, di negara berkembang hanya 55 % wanita ditolong oleh tenaga terampil pada saat persalinan. Pelayanan kebidanan berkualitas untuk para ibu, yang kebanyakan diberikan rumah Sakit, telah memberikan kontribusi nyata terhadap penurunan kematian ibu di Swedia pada akhir tahun 1800-an dan awal tahun 1990-an, sebelum maraknya pelayanan gawat darurat obstetri. Pada waktu itu penurunan jumlah kematian ibu mencapai hampir sepertiganya, yaitu 630 menjadi 230 kematian per 100.000 kelahiran hidup selama kurun waktu antara tahun 1871 - 1895. Data dari studi di Matlab menunjukkan bahwa penempatan bidan desa menyebabkan peningkatan penggunaan pelayanan kesehatan oleh ibu-ibu setempat dan peningkatan penanganan komplikasi obstetri di desa tersebut. Pelayanan kebidanan menempati persen yang penting bagi kesinambungan pelayanan ibu hamil, antara lain melalui tersedianya rantai rujukan untuk berbagai tingkat pelayanan ibu hamil, antara lain melalui tesedianya rantai rujukan untuk berbagai tingkat pelayanan yang sangat penting. Seorang bidan dapat berfungsi sebagai tempat rujukan pertama bagi dukun bayi atau orang/individu yang membawa ibu ke tempat rujukan. Tentu efektifitas pelayanan kebidanan dalam menurunkan kematian ibu juga tergantung pada kesediaan infrastruktur pelayanan kesehatan yang memberikan fasilitas untuk konsultasi dan rujukan bagi ibu yang memerlukan pelayanan obstetri gawat.
Dukun bayi terlatih .
Suatu upaya melibatkan masyarakat dalam menangani keselamatan ibu. Pada negara berkembang kebanyakan wanita melahirkan di rumah tanpa dihadiri oleh tenaga kesehatan. Banyak persalinan ditangani dukun bayi tanpa didampingi oleh tenaga kesehatan. Pada keadaan gawat dan terlambat baru petugas kesehatan di panggil. Dalam hal ini masalah “terlambat” menjadi beban petugas kesehatan.
Pemerintah sebelumnya telah mencanangkan Program “Making Pregnancy Safer” dimana setiap persalinan harus ditangani oleh tenaga kesehatan, namun kenyataannnya sebagian besar masih ditangani oleh dukun bayi tanpa di dampingi oleh tenaga kesehatan.
Pelatihan dukun bayi sebagai strategi dan teknik menurunkan kesakitan dan kematian ibu perlu dipertimbangkan agar dukun bayi berperan sebagai penghubung antara masyarakat dengan sistem pelayanan kesehatan formal. Walaupun dukun bayi tak dapat mencegah kematian ibu, jika terjadi komplikasi, mereka dapat berperan dalam menyelamatkan ibu. Pelatihan dukun bayi dalam persalinan aman dan bersih, pengelolaan persalinan yang lebih baik, pengenalan komplikasi dini, dan upaya rujukan dapat menyelamatkan jiwa bila pelayanan obstetri esensial tersedia. Mengupayakan agar dukun bayi mengenal dan terbiasa dengan tempat rujukan (serta petugas tingkat rujukan primer memahami peranan dukun bayi) menjadi sangat penting.
Pelayanan Obstetri Esensial.
Dengan terselenggaranya pelayanan obstetri esensial (PONEK) dapat mengurangi kematian obstetrik. Pelayanan obstetri esensial pada hakekatnya adalah, tersedianya pelayanan secara terus menerus dalam waktu 24 jam untuk
• Bedah Cesar
• Pengobatan penting (termasuk anestesi, antibiotika dan cairan infus)
• Transfusi darah
• Pengeluaran plasenta secara manual
• Aspirasi vakum untuk abortus inkomplet
Yang idealnya, pelayanan obstetri esensial juga mencakup kemampuan memberikan pelayanan kontraseptif bedah. Perubahan perilaku masyarakat amat penting dalam upaya penurunan angka kematian ibu.
Strategi berbasis masyarakat yang akan mendukung tercapainya tujuan upaya Keselamatan Ibu meliputi :
1. Melibatkan anggota masyarakat, khususnya wanita dan pelaksanaan pelayanan setempat, dalam upaya memperbaiki kesehatan ibu.
2. Bekerjasama dengan masyarakat, wanita, keluarga, dan dukun / pengobat untuk mengubah sikap terhadap keterlambatan mendapat pertolongan.
3. Menyediakan pendidikan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang komplikasi obstetri serta kapan dan dimana mencari pertolongan

KEMATIAN BAYI

A. DEFINISI

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.
Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.
Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.

B. PENYEBAB

- Kecacatan kelahiran - biasanya berpunca daripada struktur atau kecacatan kromosom. Tali pusat terjatuh (prolaps), iaitu apabila tali pusat terkeluar dari faraj terlebih dahulu sebelum bayi. Ini menghalang pengaliran darah dan oksigen.
- Masalah uri (plasenta)
a. Pemisahan uri dari dinding rahim (uterus). Bayi tidak mungkin dapat hidup sekiranya uri telah terpisah dari tempat implantasinya.
b. Implantasi uri di bahagain pangkal rahim/bahagian bawah rahim atau serviks. - Keadaan ini dipanggil plasenta previa. Sekiranya keadaan ini tidak dikesan di peringkat awal, ia boleh menggagalkan peluang bayi untuk hidup dan pendarahan yang serius mungkin berlaku.
- Keadaan kesihatan ibu mengandung sebelum dan juga semasa kehamilan seperti ibu mengidap diabetes (kencing manis) dan tekanan darah tinggi. Keadaan ini merupakan penyebab penting kejadian lahir mati dan masalah ini perlu dipantau sepanjang tempoh kehamilan.
- Masalah pada tali pusat tali pusat terpintal menyebabkan terganggunya pengaliran oksigen dan juga nutrien kepada bayi
- Tali pusat itu terbelit pada leher bayi, yang menjadikan bayi tercekik dan lemas apabila ia mula bergerak ke bahagian bawah
- Tiada punca yang dapat dikenalpasti (merupakan separuh dari kes lahir mati) tetapi kemungkinan besar disebabkan oleh jangkitan.

C. PENCEGAHAN

- Lazimnya, lahir mati berlaku tanpa sebarang amaran, tetapi kadang-kala ia boleh dijangka dan dielakkan
- Penilaian ke atas janin dijalankan pada ibu-ibu yang berisiko tinggi terhadap masalah lahir mati - seperti ibu-ibu yang mempunyai masalah kesihatan (yang ada diabetes dan tekanan darah tinggi) terutama pada minggu terakhir kehamilan. Sekiranya semasa penilaian janin tersebut terdapatnya penemuan yang luar biasa, maka usaha untuk melahirkan bayi itu lebih awal mungkin dapat mengelakkan kejadian lahir mati.
- Bagi sesetengah kes terpecah uri atau abrubsi plasenta (placenta abrubtion), pembedahan kecemasan Caesarean mungkin dapat menyelamatkan nyawa.
- Carta pergerakan janin digunakan oleh para doktor untuk menjejak pergerakan janin dilakukan beberapa kali dalam sehari, terutamanya selepas minggu ke 26 kehamilan. Sekiranya bayi itu kurang menendang atau bergerak dari biasa, penilaian lanjutan ke atas janin perlu dijalankan. Bagi sesetengah kes, sekiranya doktor dapati ada keabnormalan yang berlaku, maka aruhan kelahiran dengan menjalankan pembedahan Ceasarean mungkin dapat menyelamatkan keadaan.
- Jaga kesihatan diri anda dengan baik sebelum mengandung. Setelah mengandung, dapatkan penjagaan ibu mengandung seawal mungkin untuk memastikan keadaan bayi anda sihat. Doktor akan menjalankan ujian saringan bagi mengesan sebarang jangkitan. Di samping itu, beliau akan mengkaji rekod kesihatan dan memastikan sebarang keadaan yang serius atau kronik telah dirawat dengan sewajarnya.

ANUGRAH DIAN W
E2AOO9108/REG-1
MAHASISWA FKM UNDIP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar