Senin, 21 Maret 2011

Prinsip Pemberantasan Penyakit " Air Borner Disease"

Campak

A. Definisi

Campak merupakan penyakit virus yang dapat mendatangkan komplikasi
serius. Pada masa lalu, infeksi campak sangat umum di kalangan anak-anak.
Kini campak jarang terjadi di NSW karena imunisasi.

B. Gejala

• Gejala pertama adalah demam, lelah, batuk, hidung beringus, mata merah
dan sakit, dan terasa kurang sehat. Beberapa hari kemudian timbul ruam.
Ruam tersebut mulai pada muka, merebak ke tubuh dan berlanjut selama
4-7 hari.
• Sampai sepertiga penderita campak mengalami komplikasi, yang termasuk
infeksi telinga, diare dan pneumonia, dan mungkin memerlukan rawat
inap. Kira-kira satu dari setiap 1000 penderita campak terkena ensefalitis
(pembengkakan otak).

C. Mekanisme Penularan

• Campak biasanya ditularkan sewaktu seseorang menyedot virus campak
yang telah dibatukkan atau dibersinkan ke dalam udara oleh orang yang
dapat menularkan penyakit. Campak merupakan salah satu infeksi
manusia yang paling mudah ditularkan. Berada di dalam kamar yang sama
saja dengan seorang penderita campak dapat mengakibatkan infeksi.
• Penderita campak biasanya dapat menularkan penyakit dari saat sebelum
gejala timbul sampai empat hari setelah ruam timbul. Waktu dari eksposur
sampai jatuh sakit biasanya adalah 10 hari. Ruam biasanya timbul kira-
kira 14 hari setelah eksposur.

D. Pencegahan

• Perlindungan terbaik terhadap campak adalah imunisasi dengan dua dosis
vaksin MMR. Vaksin ini memberikan perlindungan terhadap infeksi campak,
di samping gondong dan rubela.
• Vaksin MMR harus diberikan kepada anak-anak pada usia 12 bulan dan
dosis kedua harus diberikan pada usia 4 tahun.
• Siapapun yang lahir pada atau sebelum tahun 1966 atau belum menderita
infeksi campak atau menerima vaksinasi MMR harus memastikan bahwa
telah menerima dua dosis vaksin MMR dengan selang waktu sekurang-
kurangnya empat minggu.
• Adalah aman untuk menerima vaksin lebih dari dua kali, maka orang yang
kurang pasti harus divaksinasi.
• Penderita campak harus tetap tinggal di rumah sampai tidak lagi dapat
menularkan penyakit (yaitu sampai 4 hari setelah ruam timbul).
• Bagi orang yang tidak mempunyai kekebalan dan telah mempunyai kontak
dengan seorang penderita campak, adakalanya infeksi masih dapat
dicegah dengan vaksin MMR jika diberikan dalam waktu 3 hari setelah
eksposur atau dengan imunoglobulin dalam waktu 7 hari setelah eksposur.

E. Epidemologi

Penyelidikan epidemiologi penyakit campak yaitu pencarian penderita/tersangka campak lainnya dengan cara melakukan investigasi terhadap orang-orang yang rentan yang terpajan.

F Etiologi

Penyebab penyakit campak adalah virus campak atau morbili. Pada awalnya penyakit campak agak sulit untuk dideteksi. Namun, secara garis besar penyakit campak bisa dibagi menjadi 3 fase.
Fase pertama disebut masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari. Pada fase ini, anak sudah mulai terkena infeksi tapi pada dirinya belum tampak gejala apa pun. Bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas campak belum keluar.
Pada fase kedua (fase prodormal) barulah timbul gejala yang mirip penyakit flu, seperti batuk, pilek, dan demam. Mata tampak kemerah-merahan dan berair. Bila melihat sesuatu, mata akan silau (photo phobia). Di sebelah dalam mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Terkadang anak juga mengalami diare. Satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38- 40,50c.
Fase ketiga ditandai dengan keluarnya bercak merah seiring dengan demam tinggi yang terjadi. Namun, bercak tak langsung muncul di seluruh tubuh, melainkan bertahap dan merambat. Bermula dari belakang kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki. Warnanya pun khas; merah dengan ukuran yang tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil.
Bercak-bercak merah ini dalam bahasa kedokterannya disebut makulopapuler. Biasanya bercak memenuhi seluruh tubuh dalam waktu sekitar satu minggu. Namun, ini pun tergantung pada daya tahan tubuh masing-masing anak. Bila daya tahan tubuhnya baik maka bercak merahnya tak terlalu menyebar dan tak terlalu penuh. Umumnya jika bercak merahnya sudah keluar, demam akan turun dengan sendirinya. Bercak merah pun makin lama menjadi kehitaman dan bersisik (hiperpigmentasi), lalu rontok atau sembuh dengan sendirinya. Periode ini merupakan masa penyembuhan yang butuh waktu sampai 2 minggu.

REFERENSI
http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/malaria.htm
Chin, James, MD, MPH. 2006. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Jakarta: Infomedika


Amugrah dian W
E2A009108/Reg-1
FKM UNDIP

Minggu, 20 Maret 2011

Pemberantasan Penyakit " Food and Water Borner Disease"

DIARE

A. Definisi

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair.

B. Patofisiologi

1. Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intensinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan.
2. Cairan, sodium, potasium dan bikarbonat berpinah dari rongga ektraseluler ke dalam tinjaa, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit, dan dapat terjadi asidosis metabolik.
Diare yang terjadi merupakan proses dari ;
- Transport aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.
- Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini terjadi pada sindrom malabsorbsi.
- Meningkatnya motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal.

C. Epidemologi

Diare akut merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan pasien pada ruang praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data menunjukkan diare akut karena infeksi terdapat peringkat pertama s/d ke empat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah sakit.
Di negara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-2 episode/orang/tahun sedangkan di negara berkembang lebih dari itu. Di USA dengan penduduk sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta episode diare akut pada dewasa terjadi setiap tahunnya.WHO memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus diare akut setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun.Bila angka itu diterapkan di Indonesia, setiap tahun sekitar 100 juta episode diare pada orang dewasa per tahun.Dari laporan surveilan terpadu tahun 1989 jumlah kasus diare didapatkan 13,3 % di Puskesmas, di rumah sakit didapat 0,45% pada penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat jalan. Penyebab utama disentri di Indonesia adalah Shigella, Salmonela, Campylobacter jejuni, Escherichia coli, dan Entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh Shigella dysentery, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella dan Enteroinvasive E.coli ( EIEC).
Beberapa faktor epidemiologis penting dipandang untuk mendekati pasien diare akut yang disebabkan oleh infeksi. Makanan atau minuman terkontaminasi, berpergian, penggunaan antibiotik, HIV positif atau AIDS, merupakan petunjuk penting dalam mengidentifikasi pasien beresiko tinggi untuk diare infeksi

.D. Etiologi

Faktor Infeksi :
- Bakteri; enteropathogenic escherichia coli, salmonella, shigella, yersinia enterocolitica
- Virus; enterovirus – echoviruses, adenovirus, human retrovirua – seperti agent, rotavirus.
- Jamur; candida enteritis
- Parasit; giardia Clambia, crytosporidium
- Protozoa
Bukan Fakror Infeksi :
- Alergi makanan; susu, protein
- Gangguan metabolik atau malabsorbsi; penyakit celiac, cystic fibrosis pada pankreas
- Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
- Obat-obatan; antibiotik,
- Penyakit usus; colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis
- Emosional atau stress
- Obstruksi usus
Penyakit infeksi; otitis media, infeksi saluran nafas atas, infeksi saluran kemih

E.Mekanisme Penularan

Mekanisme penularan utama oleh patogen diare adalah tinja-mulut, dengan makanan dan air yang merupakan penghantar untuk kebanyakan kejadian. Faktor-faktor yang menambah kerentanan terhadap infeksi dengan enteropatogen adalah umur muda, defisiensi imun, campak, malnutrisi, perjalanan ke daereh endemic, kurang mendapatkan ASI, keterpajanan terhadap keadaan sanitasi jelek, makan makanan atau air yang terkontaminasi, dan tingkat pendidikan ibu

F. Penanggulangan

Rehidrasi : Mengganti cairan yang hilang, dapat melalui mulut (minum) maupun melalui infuse (pada kasus dehidrasi berat). Bila anak menderita diare dan belum menderita dehidrasi, segera berikan minum sebanyak 10 ml per kg berat badan setiap kali mencret agar cairan tubuh yang hilang bersama tinja dapat diganti untuk mencegah terjadinya dehidrasi, sehingga mencegah terjadinya kematian. Sebaiknya diberikan cairan Oralit yang telah banyak tersedia di apotik-apotik. Bila tidak dapat bisa juga digunakan larutan yang dapat dibuat dirumah seperti Garam-gula dan larutan garam-tajin. Bila telah terjadi dehidrasi , minumkanlah oralit 50-100 ml ( tergantung berat ringannya dehidrasi) per kg berat badan dalam 3 jam dan bila masih mencret, oralit terus diberikan seperti diatas, yaitu 10 ml per kg berat badan setiap mencret.
Pemberian makanan yang adekwat : Jangan memaksakan anak, pemberian makanan seperti yang diberikan sebelum sakit harus terus dilanjutkan termasuk pemberian ASI. Pada diare yang ringan tidak perlu dilakukan pengantian susu formula.
Pemberian obat seminimal mungkin : sebagian besar diare pada anak akan sembuh tanpa pemberian antibiotic dan anti diare. Tetapi kadangkalanya memerlukan antibiotik dan anti diare.

G. Control

Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral, penularannya dapat dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik. Ini termasuk sering mencuci tangan setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan. Kotoran manusia harus diasingkan dari daerah pemukiman, dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran manusia.
Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama, ini harus diberikan perhatian khusus. Minum air, air yang digunakan untuk membersihkan makanan, atau air yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan tentang keamanan air atau air yang tidak dimurnikan yang diambil dari danau atau air, harus direbus dahulu beberapa menit sebelum dikonsumsi. Ketika berenang di danau atau sungai, harus diperingatkan untuk tidak menelan air.
Semua buah dan sayuran harus dibersihkan menyeluruh dengan air yang bersih (air rebusan, saringan, atau olahan) sebelum dikonsumsi. Limbah manusia atau hewan yang tidak diolah tidak dapat digunakan sebagai pupuk pada buah-buahan dan sayuran. Semua daging dan makanan laut harus dimasak. Hanya produk susu yang dipasteurisasi dan jus yang boleh dikonsumsi. Wabah EHEC terakhir berhubungan dengan meminum jus apel yang tidak dipasteurisasi yang dibuat dari apel terkontaminasi, setelah jatuh dan terkena kotoran ternak.
Vaksinasi cukup menjanjikan dalam mencegah diare infeksius, tetapi efektivitas dan ketersediaan vaksin sangat terbatas. Pada saat ini, vaksin yang tersedia adalah untuk V. colera, dan demam tipoid. Vaksin kolera parenteral kini tidak begitu efektif dan tidak direkomendasikan untuk digunakan. Vaksin oral kolera terbaru lebih efektif, dan durasi imunitasnya lebih panjang. Vaksin tipoid parenteral yang lama hanya 70 % efektif dan sering memberikan efek samping. Vaksin parenteral terbaru juga melindungi 70 %, tetapi hanya memerlukan 1 dosis dan memberikan efek samping yang lebih sedikit. Vaksin tipoid oral telah tersedia, hanya diperlukan 1 kapsul setiap dua hari selama 4 kali dan memberikan efikasi yang mirip dengan dua vaksin lainnya.

Daftar Pustaka

Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan
Pediatik, Jakarta, EGC
Ciesla WP, Guerrant RL. Infectious Diarrhea. In: Wilson WR, Drew WL, Henry NK, et al editors. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease. New York: Lange Medical Books, 2003. 225 - 68.
Guerrant RL, Gilder TV, Steiner TS, et al. Practice Guidelines for the Management of Infectious Diarrhea. Clinical Infectious Diseases 2001;32:331-51.
Lung E, Acute Diarrheal Disease. In: Friedman SL, McQuaid KR, Grendell JH, editors. Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology. 2nd edition. New York: Lange Medical Books, 2003. 131 - 50.
Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Mentri Kesehatan Republik Indonesia. Available from : http://www.depkes.go.id/downloads/SK1216-01.pdf
Manatsathit S, Dupont HL, Farthing MJG, et al. Guideline for the Management of acute diarrhea in adults. Journal of Gastroenterology and Hepatology 2002;17: S54-S71.
Jones ACC, Farthing MJG. Management of infectious diarrhoea. Gut 2004; 53:296-305.
Tjaniadi P, Lesmana M, Subekti D, et al. Antimicrobial Resistance of Bacterial Pathogens Associated with Diarrheal Patiens in Indonesia. Am J Trop Med Hyg 2003; 68(6): 666-10.
Hendarwanto. Diare akut Karena Infeksi, Dalam: Waspadji S, Rachman AM, Lesmana LA, dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I.
e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara
14
Edisi ketiga. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI ;1996. 451-57.
Soewondo ES. Penatalaksanaan diare akut akibat infeksi (Infectious Diarrhoea). Dalam : Suharto, Hadi U, Nasronudin, editor. Seri Penyakit Tropik Infeksi Perkembangan Terkini Dalam Pengelolaan Beberapa penyakit Tropik Infeksi. Surabaya : Airlangga University Press, 2002. 34 – 40.
Rani HAA. Masalah Dalam Penatalaksanaan Diare Akut pada Orang Dewasa. Dalam: Setiati S, Alwi I, Kasjmir YI, dkk, Editor. Current Diagnosis and Treatment in Internal Medicine 2002. Jakarta: Pusat Informasi Penerbitan Bagian Penyakit Dalam FK UI, 2002. 49-56.
Tatalaksana Penderita Diare. Available from : http://www.depkes.go.id/downloads/diare.pdf.
Thielman NM, Guerrant RL. Acute Infectious Diarrhea. N Engl J Med 2004;350:1: 38-47.
Kolopaking MS. Penatalaksanaan Muntah dan Diare akut. Dalam: Alwi I, Bawazier LA, Kolopaking MS, Syam AF, Gustaviani, editor. Prosiding Simposium Penatalaksanaan Kedaruratan di Bidang Ilmu penyakit Dalam II. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2002. 52-70.
Nelwan RHH. Penatalaksanaan Diare Dewasa di Milenium Baru. Dalam: Setiati S, Alwi I, Kasjmir YI, dkk, Editor. Current Diagnosis and Treatment in Internal Medicine 2001. Jakarta: Pusat Informasi Penerbitan Bagian Penyakit Dalam FK UI, 2001. 49-56.
Procop GW, Cockerill F. Vibrio & Campylobacter. In: Wilson WR, Drew WL, Henry NK, et al, Editors. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease, New York: Lange Medical Books, 2003. 603 - 13.
Procop GW, Cockerill F. Enteritis Caused by Escherichia coli & Shigella & Salmonella Species. In: Wilson WR, Drew WL, Henry NK,et al, Editors. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease, New York: Lange Medical Books, 2003. 584 - 66.


Anugrah Dian W
E2A009108/Reg-1
FKM UNDIP

Selasa, 01 Februari 2011

Osteoartritis

Osteoartritis juga dikenal dengan nama osteoartrosis, yaitu melemahnya tulang rawan pada engsel yang dapat terjadi di engsel manapun di sekujur tubuh. Tapi umumnya, penyakit ini terjadi pada siku tangan, lutut, pinggang dan pinggul.Seiring waktu kondisi penderita Osteoartritis akan semakin memburuk, sayangnya hingga kini masih belum ada pengobatan yang mampu menghentikan penurunan fungsi tulang ini.Pengobatan yang ada hanya untuk mengurangi nyeri yang terjadi dan menjaga aktivitas penderita saja.

Gejalanya biasanya terjadi perlahan-lahan dan lama-kelamaan akan memburuk, seperti:

- Nyeri pada engsel dan sambungan tulang selama atau sesudah digerakkan atau setelah lama tidak bergerak/tidak aktif.
- Ngilu pada engsel saat mengangkat beban ringan.
- Kaku pada engsel saat bangun tidur atau setelah lama tidak bergerak.
- Kehilangan fleksibilitas yang membuat sulit menggerakkan engsel.
- Pada beberapa kasus terjadi pembengkakan.

PENYEBAB
Osteoartritis terjadi akibat tulang rawan yang menyambungkan ujung tulang dengan tulang yang lain, menurun fungsinya. Permukaan halus tulang rawan ini menjadi kasar dan menyebabkan iritasi, jika tulang rawan menjadi kasar seluruhnya, maka tulang pangkal kedua tulang yang bertemu menjadi rusak dan gerakanannya menyebabkan nyeri dan ngilu.Penelitian curiga, osteoartritis disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor, seperti berat badan, proses penuaan, cedera engsel atau stres, kelelahan otot dan gen.

FAKTOR RISIKO
1. Usia.
Osteoartritis biasanya terjadi pada manusia usia lanjut, jarang dijumpai penderita osteoartritis yang berusia di bawah 40 tahun.
2. Jenis Kelamin.
Wanita memiliki kecenderungan menderita osteoartritis lebih besar dari pria, dan belum diketahui mengapa.
3. Cacat tulang.
Pada beberapa kasus, orang yang terlahir dengan kelainan engsel tulang akan lebih besar kemungkinannya mengalami osteoartritis.
4. Cidera engsel.
Cidera yang terjadi karena aktivitas, seperti olah raga atau kegiatan lain juga meningkatkan risiko terkena osteoartritis.
5. Obesitas.
Membawa beban lebih berat dari berat tubuh, akan membuat engsel sambungan tulang bekerja lebih berat dan ditengarai memberi andil terjadinya osteoartritis.
6. Penyakit lain.
Encok dan rematik juga dianggap memberi kontribusi pada timbulnya osteoartritis.

Jika Anda merasa terjadi pembengkakan engsel tubuh atau kekakuan yang berlanjut hingga lebih dari dua minggu, disarankan untuk segera memeriksakan diri. Jika Anda telah mengkonsumsi obat untuk osteoartritis, konsultasikan ke dokter untuk mengetahui efek samping yang dialami. Misalnya mual, ketidaknyamanan pada perut atau konstipasi.

PEMERIKSAAN
Dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut jika diagnosa menunjukkan Anda terkena osteoartritis. Pemeriksaan dapat berupa:
- Sinar-X.
Gambar sinar X pada engsel akan menunjukkan perubahan yang terjadi pada tulang seperti pecahnya tulang rawan.
- Tes darah.
Tes darah akan membantu memberi informasi untuk memeriksa rematik.
- Analisa cairan engsel.
Dokter akan mengambil contoh sampel cairan pada engsel untuk kemudian diketahui apakah nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh encok atau infeksi.
- Pengamatan dengan kamera (artroskopi).
Artroskopi adalah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalan engsel tulang. Dokter akan mengamati ketidaknormalan yang terjadi.

KOMPLIKASI
Penurunan fungsi tulang ini akan berlanjut terus, beberapa penderita bahkan mengalami penurunan fungsi yang cukup signifikan, bahkan penderita akan berujung pada kehilangan kemampuan berdiri atau berjalan.Jika engsel sudah parah, dokter menyarankan penggantian engsel dengan pembedahan. Pada beberapa penderita yang tidak bisa melakukan pembedahan, akan dilakukan terapi nyeri/ngilu dan cara menggunakan alat tambahan untuk mempermudah gerakan sehari-hari.

PENGOBATAN
Tak ada obat untuk menyembuhkan osteoartritis, yang ada hanyalah terapi untuk mengurangi nyeri dan ngilu serta menjaga pergerakan dan aktivitas sehari-hari. Pengangkatan dan penggantian engsel merupakan pilihan terakhir dan akan dilakukan jika semua cara terapi telah ditempuh.
Pengobatan awal pada osteoartritis ringan dapat berupa:
a. Istirahat.
Jika terjadi nyeri/ngilu pada engsel dianjurkan untuk beristirahat sekurangnya 12 jam. Bergeraklah secara biasa, tapi hindari menggerakkan engsel yang sama secara berulang-ulang. Istirahatlah sekitar 10 menit setelah satu jam bergerak.
b. Olahraga.
Dengan ijin dokter, Anda dapat melakukan olah raga biasa seperti bersepeda, jalan bahkan berenang. Olah raga ini akan meningkatkan daya tahan otot sekitar engsel. Jika mulai terasa nyeri/ngilu berhenti atau istirahat.
c. Kompres.
Kompres dengan air hangat atau dingin mampu mengurangi nyeri/ngilu yang terjadi. Gunakan kompres hangat sekurangnya 20 menit sehari. Sedang kompres dingin gunakan es batu.
d. Terapi.
Terapi khusus mungkin diperlukan, agar tulang Anda dapat terpantau secara khusus sehingga peningkatan kemampuan gerak maju lebih cepat.
e. Kurangi stres engsel.
Terapis akan membantu Anda menemukan cara untuk menghindari stres pada engsel.
f. Obat penghilang nyeri.
Krim dan gel yang dijual dipasaran dapat menghilangkan nyeri sementara.
g. Sepatu penyangga.
Pertimbangkanlah untuk menggunakan sepatu penyangga, yang mampu mengurangi nyeri dan menambah mobilitas Anda.

OSTEOARTRITIS AKUT


- Obat penghilang nyeri.
Obat semacam codein dan propoksifen dapat mengurangi nyeri pada osteoartritis akut. Konsultasi ke dokter akan efek samping yang mungkin akan timbul.
- Injeksi cortisone.
Dokter akan menyuntikkan cortocosteroid pada engsel yang mempu mengurangi nyeri/ngilu.
- Suplementasi-visco.
Tindakan ini berupa injeksi turunan asam hyluronik yang akan mengurangi nyeri pada pangkal tulang. Tindakan ini hanya dilakukan pada osteoartritis pada lutut.

OPERASI
1. Penggantian engsel (artroplasti).
Engsel yang rusak akan diangkat dan diganti dengan alat yang terbuat dari plastik atau metal yang disebut prostesis.
2. Pembersihan sambungan (debridemen).
Dokter bedah tulang akan mengangkat serpihan tulang rawan yang rusak dan mengganggu pergerakan yang menyebabkan nyeri saat tulang bergerak.
3. Penataan tulang.
Opsi ini diambil untuk osteoatritis pada anak dan remaja. Penataan dilakukan agar sambungan/engsel tidak menerima beban saat bergerak.

PENCEGAHAN
Untuk mencegah osteoartritis, lakukan hal-hal berikut:
- Konsumsi makanan sehat seperti buah-buahan, sayur dan kacang-kacangan.
- Minum obat yang direkomendasikan dokter.
- Pertimbangkan untuk menggunakan alat bantu saat beraktivitas untuk mengurangi bahaya.
- Jaga gerakan yang dapat menyebabkan cidera tulang.
- Jika mengangkat benda, usahakan beban terbagi merata pada seluruh sambungan tulang.
- Pilih sepatu yang tepat.
- Ketahui batas kemampuan gerakan dan kemampuan mengangkat beban.
- Teknik relaksasi juga dapat membantu, seperti mengambil napas dalam dan hipnosis.